Menyusuri Hulu, Hilir hingga Muara di Pacitan

by - November 29, 2019


9 November 2019,
Pacitan, tempat yang menjadi tujuan kami kali ini untuk liburan, literally liburan. Karena biasanya kami (sebut saja GGT Young Generation (GGTYG) ceunah) berkesempatan liburan tipis-tipis kalo ada kondangan. Habis kondangan lalu mlipir, jadilah tak jarang saltum karena main pakai kostum kondangan. Akhirnya beberapa hari yang lalu kami merencanakan liburan ke tempat yang cukup jauh tapi ga jauh jauh amat dalam artian ga harus sampai nginep, terpilihlah tempat ini. Hari itu kami berencana berangkat pukul 12 malam, dengan perhitungan subuh sudah sampai sana jadi tempat yang akan kami kunjungi belum ramai. Seperti biasa, post penjemputan di kos Mb Emma, hari itu saya langsung bawa barang-barang dari pagi karena seperti biasa jam pulang kerja tak bisa diprediksi, jadilah saya berangkat kerja dengan ransel yang mengembang. Malam harinya sepulang kerja dan mampir makan malam, saya ke tempat Mbak Emma. Habis mandi, beberes barang-barang yang mau dibawa lalu gegoleran, niat hati ingin tidur dulu sebelum berangkat tapi gabisa yang beneran tidur, cuma merem tapi tetep kedengeran suara suara. Sampe akhirnya sekitar pukul 11 Leni datang ke kos Mbak Emma, dan kami mencoba tidur lagi sambil menunggu yang lain datang.

Pukul 12an, mbak Mamik dan Mbak Aini datang, disusul Mbak Anif dan Ulla dari Ungaran. Dimana Mbak Anif dan Ulla adalah peserta rombongan tersantuyy, gimana enggak kami yang udah prepare baju ganti dan printilannya sampe se ransel, eh mereka Cuma bawa totebag dongggg. Iya TOTEBAG, jelas ga bawa baju ganti dong. Tak lama kemudian Mbak Putri dan Bapak Arif datang. Kali ini peserta piknik asik ini ada 11 orang. Yang semula Mbak Aida dan Mas Farid akan gabung ke kos mbak Emma akhirnya kami jemput di gang rumahnya, karena malam itu gerimis ga kebayang kalo mereka bertiga sama Azzam harus naik motor ditambah bawa makanan sarapan buat kami.

Kurang lebih pukul 12.30 dini hari kami berangkat menuju rumah Mbak Aida. Kali ini kami diantar sopir yang sebelumnya mengantar rombongan ini ke kondangan Mbak Fifi di Pati tetapi saya Absen karena bebarengan sama nikahnya April dan juga mengantar team dieng , ini saya juga absen haha. Nah Pak sopir eh atau mas sopir yak karena dia masih belia haha, yang tak lain adalah teman dari temanannya Mbak Mamik, jadi lumayan sudah akrab sama beberapa dari kami. Dan juga menurut saya dari sekian sopir yang pernah mengantar kami, sopir kali ini jauh lebih friendly dan sabar, kalo sopir sopir yang lain kadang suka emosian wkwk. FYI, kali ini kami menggunakan mobil elp kapasitas 15 orang dengan harga sewa 1.5 juta, tetapi hanya kami isi 11 orang jadi tempat duduk di samping sopir kosong jadilah mas Arwan mengajak temannya untuk menemani, paling enggak jadi teman ngobrol ketika kami semua tertidur diperjalanan. Ngomongin tidur, sebelum kami berangkat tadi saya sempat minum antimo supaya langsung pules di perjalanan. Dan bener dong begitu bangun tau tau udah hampir subuh haha.

Menjelang subuh kami sampai di daerah Wonogiri tapi sudah ga begitu jauh dengan tujuan pertama. Kami mencari masjid untuk sholat subuh dan bersiap-siap. Tetapi masjid yang terdekat kondisinya kurang memungkinkan untuk sekalian mandi dn sarapan karena kamar mandi yang kecil dan airnya sedikit. Jadilah kami hanya menunaikan sholat subuh untuk kemudian melanjutkan ke tujuan pertama, yaitu Sungai Maron. Pacitan biasanya identik dengan Pantai Klayar, akan tetapi menurut suggest Mb Emma yang sudah pernah ke Pacitan mending kita cari objek yang beda. Jadilah kami memilih sungai ini sebelum ke dua pantai berikutnya. Kenapa sungai dulu, dengan alasan kalau pantai kan luaaas tuh jadi kalaupun banyak orang masih bisalah menikmati sambil poto poto di spot yang kira kira ga terlalu banyak orang, beda kalau di sungai, ketika sudah banyak orang maka akan mengurangi ke aestetikan foto bukan karena aera nya ya sebesar aliran sungai walaupun panjang sih tapi kan tetep aja ga nyaman kalau udah banyak orang haha.

Nah, karena tadi belum sempat siap-siap alhasil begitu kami sampai Sungai Maron tempat itu benar benar sepi, hanya ada satu dua penduduk asli yang lalu lalang mengerjakan aktifitas pagi hari dan perahu-perahu di tepi sungai yang dangkal tentu tanpa awak. Sempet ragu, ini tempatnya bukan ya? Kok sepi banget, dan airnya cetek, jangan jangan karena kemarau panjang jadi surut, dan pikiran lain yang membuat galau apakah kami akan putar haluan ke pantai dulu karena ternyata setelah tanya ke salah satu warga memang tempat ini belum waktunya buka. Namun mengingat jalanan menuju kesini yang luar biasa berkelok naik turun, bahkan sempat ada kejadian mobil yang posisinya lumayan jauh di depan kami ga kuat melewati tanjakan jadilah seluruh penumpang keluar dan para sopir mobil di belakangnya saling membantu mendorong huaaa ini berkesan sekali saling bantu membantuuu, karena ini akhirnya kami memutuskan untuk menunggu saja sambil bersiap siap untuk mandi dan selanjutnya sarapan.


 Awalnya saya mikir sarapannya seperti biasa, nasi kotak jadi tinggal bagi tapi ternyata tidakkk, jadi mbak aida bawa tempat-tempat lauk dan nasinya lalu kami bisa prasmanan dengan menggunakan kertas minyak. Mantap betul sarapan rame-rame di pinggir sungai ulala. Usai sarapan, tak lama kemudian ternyata tempat sudah beroperasi, tak menunggu lama kami langsung menuju loket untuk membeli tiket. Nah harga tiket ini dibayar per perahu seharga 100 ribu rupiah, dan 1 perahu bisa diisi maksimal 5 orang dewasa dan 6 orang kalau ada anak kecilnya. Karena rombongan kami ber 11 jadilah kami menggunakan 3 perahu dengan formasi 3, 4, 4. Saya seperahu dengan Mbak Emma dan Lenita, kenapa kami bertiga aja karena kata mbak Emma biar pas foto-foto movingnya gampang, selain itu kami sadar diri karena kami tim bongsor haha. Oiya nama perahu kami adalah “Harapan Kita”, untungnya Harapan Palsu ahayy. Serelah memaikai pelampung dan menaiki perahu mulailah kami menyusuri Sungai Maron ini walaupun di tengah perjalanan pelampungnya boleh dilepas haha demi konten foto yang lebih baik wkwk. Yang awalnya kami kira ini sungai surut karena kemarau ternyata tidakkk, memang start awalnya cetek eh setelah jalan makin dalam. Tapi kalo dipikir lagi udah paling bener sih begini, cetek dulu baru kemudian dalam, bayangin aja kalau tempat untuk menaik turunkan penumpang di bagian sungai yang dalam bakal riweuh kalau cetek kan kami bisa mencapai dasar sungainya untuk turun atau naik ke perahu.


Makin jauh makin lebar dan biru sungainya. Di kanan kiri sungai banyak pohon kelapa dan pepohonan lainnya. Dan ternyata sungai ini berujung ke pantai Ngiroboyo. Awalnya si bapak perahu harapan kita menawarkan mau lanjut sampai ke pantai di depan apa putar balik, kami memilih untuk putar balik karena kalau sampai ke pantai sebrang harus ganti perahu dan tentu saja bayar lagi dong haha. Sebelum kami kembali ke pemberhentian perahu, kami mlipir ke “wahana” ayunan tengah sungai. Buat yang penasaran gimana cara naik ke ayunan itu, jadi perahu akan berhenti di bawah ayunan, lalu sesiapa yang ingin naik harus berdiri sampe benar benar bisa sampe duduk di ayunan, setelah itu perahu akan menjauh deh. 


Kalo rombongannya jahil bisalah ditinggal di ayunan wkwk. Beda denga rombongan saya dan mbak aida di perahu sebelah, rombongan mbak putri memilih mlipir ke bagian sungai terdalam tak  jauh dari tempat ayunan itu. Kedalamannya kurang lebih 40 meter apa lebih ya ehe lupa, yang jelas kata mbak putri warna airnya lebih biru dan gelap, mungkin bagian itu semacam palung kali ya.Sesampainya kami di tempat pemberhentian perahu, pengunjung sudah mulai berdatangan, dan ramee bangeet, Alhamdulillah pas mulai rame kami sudah selesai menyusuri sungainya.


Sekitar pukul setengah 9 kami bergegas ke destinasi berikutnya, Pantai Banyutibo. Jadi lokasi yang kami pilih  jaraknya berdekatan jadi tidak begitu memakan waktu lama di perjalanan. Jalan menuju Pantai Banyutibo kebanyakan  masih terjal, bebatuan dan tanah belum di aspal, Alhamdulillah supirnya lincah melewatinya.

Tak lama kemudian kami tiba di parkiran Pantai Banyutibo. Dari parkiran ke bibir pantai kami harus jalan, tak begitu jauh. Dari parkiran ombak sudah kelihatan, biruuuuu. Nah yang membedakan Pantai ini dengan pantai yang lain adalah pantai di tempat ini sangat kecil dan untuk sampai ke pantai harus turun melalui tangga dari kayu. Yang membuat semakin menarik adalah ada semacam air terjun yang turun ke arah pantainya inilah yang disebut Banyutibo / air jatuh , air yang dari atas ini tidak asin, sedangkan air yang dari lau asin jadi ketika bermain air di bagian pantai bisa sekaligus merasakan 2 air yang berbeda. Ketika kami sampai sana ombak sedang pasang, jadi pengunjung belum boleh turun ke pantai sampai gelombangnya agak surut, jadi kami menikmati laut dari atas tebing. Siang itu panass sekaliii dan melipirlah kami ke salah satu warung untuk meikmati kelapa muda sambil menunggu air agak surut.



Semakin siang semakin panas, akhirnya saya memutuskan untuk mandi. Oiya saya ga ikut turun ke pantainya karena males bawa bawa baju basah pas pulang haha cupuu. Jadi habis mandi dan sholat dhuhur saya lihat teman-teman yang di pantai dari atas. Kata teman-teman yang turun, di bawah seger banget ga kerasa panasnya, apalagi pas di bawah guyuran air terjun mantap betul katanya, sempet nyesel karena ga ikutan turun tapi rasa ga pengen riweuh bawa bawa baju basah lebih kuat wkwk. Setelah semua beres main air dan bebersih kami menuju ke parkiran untuk selanjutnya ke destinasi terakhir, Pantai Buyutan.


Hampir sama dengan Banyutibo, di Pantai Buyutan dari tempat parkir kami harus jalan turun untuk ke pantai, bedanya jalan di Buyutan jauuuh lebih jauh eh gimana sih haha ya gitu. Ada 2 jalur, untuk pejalan kaki dan untuk motor, yang ga kuat jalan atau sedang saving mode, bisa loh naik ojek untuk turun atau naik. Dan untuk pejalan kaki , rute jalannya cakep macam tembok china haha, dan sepanjang jalan pemandangannya cakep bener jadi ga kerasa capeknya. Sampai di bawah kami makan dulu di salah satu warung, kami meminjam tikar untuk digelar di depan warung semacam biar kerasa pikniknya yekann. Tak ketinggalan sisa sarapan yang tadi pagi juga diboyong haha. Menu andalan : indomiee seleraku, walau ada yang mie sedaap sih karena indomie nya habis haha.

Setelah makan dan sholat asar, kami kemudian main-main di tepi pantai. Tidak seperti sebelumnya di Pantai Buyutan, kali ini main aman aja ga ada yang bebasahan, eh ada ding azzam sama ayah bundanya ehe. Pantainya bersih dan tak begitu padat orang. Pantainya bersih, luas, dan pasirnya tipe pasir putih hasil pecahan karang-karangan. Puas main dan waktu sudah menjelang sore, jadilah kami mulai naik ke parkiran. Siap-siap harus jalan menanjak lagi, iya saya pulang perginya jalan kaki dong. Pulangnya azzam ikut saya, jadi bayangin aja gimana kalo anak kecil bisa melewati jalur ini dengan santuy dan sedikit ngos ngosan tanpa digendong.


Di jalan pulang kami mampir toko oleh-oleh sekalian sholat maghrib. Fun fact, info dari temannya mbak Mamik yang juga temannya mas Arwan bilang kalo ternyata Mas Arwan ulang tahun, lalu isenglah temen-temen, beres sholat dan beli oleh-oleh begitu mas Arwan masuk mobil kami serentak nyanyi lagu ulang tahun rame banget disusul obrolan-obrolan yang bikin makin rame ini mobil. Momen yang aling saya suka ketika berpergian adalah ketika momen bincang bincang rame di mobil, bisa ketawa sampe mau nangis haha. Sampe akhirnya yang awalnya kami iseng2 bercanda minta ditraktir eh beneran dong kami dapet uang tambahan buat makan malam dari mas Sopir terharuu, mana ketika di Pantai Buyutan kami dibayarin biaya masuk dan parkir pula, ini beneran ga boncos apa gimana yak haha, tapi Alhamdulillahh dipertemukan dengan orang-orang baik. Oiya kami akhirnya makan malam di Penyet Suroboyo Solo karena malam itu sudah larut sekali jadi mana yag masih buka, disitu kami mampir. Setelah kenyang dan senang serta sedikit ngantuk sampailah kami di Karangjati, karena sampai kos Mbak Emma sudah hampir tengah malam jadilah saya nginep di Mbak Emma baru pagi-pagi pulang rumah.

Terimakasih geng rempong tapi gemes sudah merealisasikan piknik suka-suka dengan budget super low 200k udah bisa makan 2 kali segala~, dan ini nagih sekali. Dimana menghabiskan waktu bersama di alam terbuka jauuuuuuuuh lebih menyenangkan dibanding menghabiskan waktu di dalam ruangan kaca aka aquarium (IYKWIM), tapi disanapun menyenangkan sih asal ada klean unch. Then, kapan kita kemana?



With Love,
Lina Listya
























You May Also Like

0 komentar