Beberapa kali ragu buat mulai nulis cerita perjalanan lagi
takut pesan keseruannya tak tersampaikan dengan baik tapi balik lagi karena
sepertinya saya akan lebih takut jika momen ini terlupa suatu saat nanti jadi marilah
dengan segenap hati menguatkan tekad untuk mulai menuliskannya. Sudah beberapa
kali berniat untuk rutin nulis tapi ya gitu selalu kalah dengan prioritas yang
lain, lalu kemudian menyesal karena lupa momen2 detailnya.
Jadi ceritanya kali ini adalah tahun ketiga saya liburan
merdeka. Saya sebut sebagai liburan merdeka karena memang selalu pergi di bulan
agustus tepatnya memanfaatkan libur tanggal 17 agustus biar ceritanya
memerdekakan diri gitulho padahal agar supaya liburnya agak panjang aja ehe.
Makin lama makin nyandu ternyata pergi ke tempat baru,
bertemu banyak wajah baru, membuat cerita baru, dan yang ga kalah seru adalah
ketika menemui sisi lain diri sendiri atau partner traveling yang sebelumnya
belum pernah terlihat , dalam situasi tertentu sisi lain itu akan muncul entah
dalam kondisi menyenangkan atau sebaliknya.
Jadi menurut saya menentukan siapa partner perjalanan itu
penting banget sih. Bahkan secara tidak langsung partner perjalanan akan
menentukan bagaimana perjalanan itu sendiri akan tambah menyenangkan atau
sebaliknya. Dan perjalanan kali ini sok sok ala liburan idekalina, jadi hanya
saya dan mb Dina dari semarang.
Bandung, sesuai judul postingan ini adalah destinasi kami.
Entah sudah sejak kapan pengen banget ke kota ini dan suatu hari tiba tiba
random buka timeline instagram ada postingan cakep dan seger banget dan itu di
Bandung. Saat itu ga mikir lama langsung chat ke mb Dina yang memang saat itu
kami sedang riweuh ngurusin idekalina, dan dia mengiyakan yay!. FYI walaupun
kami hanya kerja berdua tapi kami punya grup yang khusus bahas kerjaan dan chat
room berbeda yang bahas diluar kerjaan, jadi bayangin aja sih kalo lagi riweuh
dan tegang tentang kerjaan tiba tiba ada yang curhat itu menurut saya seru 🤣
Berbeda dengan perjalanan sebelumnya yang pakai jasa open
trip, kali ini segala itinerary kami susun sendiri. Mulai list tempat yang akan
dikunjungi, penginapan, dan transportasi. Untuk list tempat kami add place beberapa tempat yang ingin
dikunjungi di google maps, untuk memudahkan tempat mana saja yang memungkinkan
dikunjungi dalam sekali jalan bahkan untuk cek jadwal buka dan tutupnya. Untuk transportasi
awalnya sempat melirik bus tetapi setelah mempertimbangkan beberapa hal
akhirnya kami melilih kereta api. Nah jadwal kereta api pun ternyata sudah
berbeda, kalau dulunya jadwal sudah muncul sekitar H-2 bulanan jadi bisa early
booking nah sekarang jadwal kereta benar benar baru muncul H-30 hari. Untuk penginapan
mbak Dina berhasil menemukan rekomendasi tempat penginapan kece untuk
backpacker yang harganya bersahabat, insyaAllah penginapan akan saya bahas di
post berbeda ya.
Jumat, 16 Agustus 2019
Kereta kami berangkat pukul 17.35. Oiya untuk yang gasuka
ribet dan ga ada waktu untuk cetak tiket kereta, fitur e-boarding di KAI Access
sangat membantu sekali tinggal klik klik beres deh, ga perlu antri cetak tiket
dan yang jelas paperless. FYI E-boarding baru bisa muncul 2 jam sebelum
keberangkatan ya, cara cek nya pastikan kode booking sudah diinput di aplikasi
KAI Access kemudian masuk di tab MY TRIP, klik jadwal kereta yang
sudah diinput kode bookingnya lalu akan muncul tab E-BOARDING klik lalu akan
muncul barcode yang nantinya akan di scan oleh petugas.
Seperti penumpang kereta pada umumnya, kami menghabiskan
waktu selama perjalanan dengan berbincang banyak hal, makan, menikmati pemandangan
di jendela kereta, dan membicarakan rencana rencana perjalanan kami yang
nantinya akan ada personil tambahan yang juga mendamba liburan. Mas Ryan, teman
dekat mbak Dina yang juga kakak kelas saya. Kebeneran dia baru pindah kantor di
Bandung sebulan terakhir. Lalu dibuatlah group di Whatsapp untuk memudahkan
komunikasi kami bertiga yang nama groupnya saya jadikan judul di postingan ini
haha, sebenarnya ada satu lagi teman Mbak Dina dan Mas Ryan yang di Bandung,
Mas Fikar tetapi nomornya masih susah dihubungi.
Selama di Bandung kami berencana untuk sewa motor. Jauh jauh
hari sebelum berangkat kami sudah survey di beberapa tempat, baik penyewaan
yang di stasiun, yang dekat penginapan, yang murah, yang banyak jenis armadanya,
namun belum menemui kepastian akan memakai yang mana. Beberapa kali menghubungi
tempat penyewaan tersebut adminnya bilang bahwa gabisa booking jauh jauh hari
karena pemesanan tergantung ketersediaan armada saat hari H. Dan mulailah
sedikit cemas karena salah satu admin yang menyanggupi ternyata slow respon,
bahkan hingga kami tiba di bandung, pesan kami belum juga berbalas dan tentu
tidak bisa di telpon.
Kereta tiba di Stasiun Bandung pukul 1 dini hari. Rencana awal
kami akan menghabiskan waktu hingga subuh di mushola peron lalu baru menuju ke
kos Mas Ryan. Di luar dugaan ternyata di peron tidak ada mushola, dan mushola
di luar stasiunpun ditutup. Mulai sedikit panik karena hampir jam 2 dan tentu
belum sholat maghrib dan isya, saya coba buka google maps untuk mencari masjid
terdekat, ketemu. Kami jalan keluar Stasiun mengikuti petunjuk gmaps, tetapi
belum juga menemukan tanda tanda keberadaan masjid. Sempat Tanya ke pramuniaga
indomaret tetapi tidak jelas arahannya, dan ditambah kami diikuti supir taksi
yang mencoba menawarkan kami untuk ke alun-alun saja tetapi justru kami malah membuat
kami ga nyaman.
Sambil memikirkan bagaimana kami akan kemana tentu dengan
sedikit cemas karena tengah malam di tempat baru, belum nemu masjid, akhirnya
kami memutuskan untuk oke ke masjid raya di alun – alun dengan gocar. Karena masih
sedikit grusa grusu ingin segera ke tempat yang setidaknya aman untuk
stay paling tidak sampe subuh, sampai lupa top up e-wallet dan terpaksa transfer
ke driver karena ga ada kembalian cash. Pelajaran pertama jangan grusa grusu.
Sampai di masjid raya langsung diingatkan orang yang lalu
lalang di depan masjid untuk hati-hati dengan barang bawaan. Dan ternyata banyak
sekali tunawisma yang tidur di serambi masjid, nyaris penuh dari depan hingga
belakang. Entah karena ini masih dini hari atau bagaimana, tapi ekspektasi kami
lagi lagi dikecewakan dengan kondisi masjid ini. Tak sebersih dan senyaman yang
kami bayangkan. Usai mengambil air wudhu dan sholat kami jalan ke playground
atau halaman masjid dengan karpet yang luas itu. Masih banyak sekali orang
orang yang disana, sekedar berbincang, berfoto bahkan bermain bola. Kata Mas
Ryan Bandung diguyur hujan tadi sore dan benar saja karpet di playground masih
basah, entah sisa hujan atau embun yang mulai turun tapi jelas sekali ini tidak
nyaman ditambah lagi bau bauan yang tidak sedap karena karpet basah, bau
lembab, apek dan semacam bau ketidaknyamanan tercium di hidung kami.
Kami mencoba bertahan dengan tetap disana sesuai rencana. Admin
penyewaan motor juga belum membalas. Saya mencoba mencari posisi nyaman untuk
setidaknya tidur sebentar sebelum pagi. Beberapa saat saya sempat tertidur karena
pada dasarnya saya bisa tidur dimana saja hehe, tetapi tidak dengan mbak Dina
dia terjaga sepanjang kami disana. Bahkan saya sempat tau kalau dia menangis,
disitu saya merasa ini aku yang ga perasa atau dia yang memang terlalu peka. Saya
belum berani tanya kenapa, sampai akhirnya Mbak Dina tanya Mas Ryan, apakah
kami bisa ke kosnya saat itu, kebeneran Mas Ryan bangun karena sakit perut dan
menyuruh kami ke kos nya, disana ada mushola yang bisa untuk transit sementara
katanya, Alhamdulillahh. Baru setelah ini saya memberanikan diri bertanya
kenapa Mbak Dina nangis hehe. “entah
rasanya jadi merasa kecil, gatau apa apa, gatau mau kemana dan harus gimana Dan
ga kepikiran langsung tanya ke Ryan bisa ke sana apa enggak karena gamau ganggu dia istirahat juga,
padahal ya posisinya dia memang nunggu tak kabarin kita sampe mana” jawabnya.
Menjelang adzan subuh kami bergegas meninggalkan masjid,
berniat sholat subuh di kos saja karena melihat keadaan masjid saat itu yang
menurut kami tidak nyaman. Tak lama kemudian mobil yang kami pesan datang dan
segera menuju ke arah Cibaduyut. Sempat terjadi huru hara lagi karena alamat
yang di sebutkan Mas Ryan tidak ada di maps. Kami berhenti di ujung jalan yang
masih terportal, akhirnya mas Ryan menjemput kami di gang tersebut dengan masih
memgang perut dan jalan sedikit membungkuk karena sakit perut aka diare, ehe
maafkan kami yak. Akhirnya kami bertemu, cukup lega akhirnya bertemu dengan
orang yang dikenal.
Kami menuju kos yang tak jauh dari gang. Kami diantar naik ke
mushola yang ternyata sudah berubah menjadi tempat banyak barang barang pemilik
kos padahal katanya sehari sebelumnya belum ada barang barang tersebut akhirnya
kami menuju ke kamarnya untuk meletakkan barang dan saya bergegas naik lagi ke
mushola tadi untuk sholat di Antara banyak barang barang.
Usai sholat subuh kami bertiga berbincang dengan mbak Dina
yang terlihat lelah dan mengantuk tapi tak bisa tidur namun setidaknya keadaan
sudah lebih baik. Rencana awal hari pertama kami di Bandung sesungguhnya adalah
ke Lembang, tetapi karena sewa motor yang belum jelas dan sepertinya saya dan
Mb Dina sedikit lelah dan tentu kurang tidur, akhirnya kami geser jadwal.
Rencana ke Lembang di geser ke hari kedua dan kami memajukan rencana kota kota
di hari pertama. Tentang sewa motor kami legowo, karena hari ini rencana akan
pakai GoCar atau Grab saja.
Karena Mas Ryan masih sakit perut dan beberapa kali bolak
balik toilet, kami memilih memesan menu sarapan yang “aman” , bubur ayam. Dan
ternyata bubur ayam yang kami pesan sedikit berbeda dengan yang biasa kami
makan. Tidak ada kuah nya, hanya bubur, toping ayam dan cakue dan sambal. So far
so good. Dan ketika sedang menikmati sarapan sambil menyusun rencana har ini
akan kemana saja, tiba tiba admin penyewaan motor di stasiun menghubungi saya
menanyakan apakah masih membutuhkan sewa motor atau tidak. Tak menunggu lama
saya segera menelepon agar lebih jelas dan cepat. Ternyata si embak admin
menyampaikan akan membantu menyarikan ke temannya jika memang kami masih
membutuhkan karena memang di tempatnya sudah tidak ada armada yang tersisa
untuk di sewakan. Tak lama kemudian chat dari nomor baru masuk, tak lain adalah
si pemilik yang akan meminjamkan motornya. Setelah tanya harga, dan kesediaan
akhirnya kami dapat motornya. Yang kalau dibandingkan dengan harga di penyewaan
sebelumnya harga yang kami dapat lebih murah dan dari yang rencana akan sewa 3
hari menjadi hanya 2 hari.
Alhamdulillah ketika sudah merasa “semeleh” Allah justru
datangkan apa yang kami butuhkan. Semuanya serba tepat memang, hanya kadang
kita sibuk mendengarkan keinginan kita, sibuk bertanya mengapa tidak sesuai
rencana. Padahal ketika sedikit saja mau bersabar dan tidak sibuk mendengarkan
kemauan diri sendiri Allah sungguh sudah menyediakan begitu banyak pertolongan.
Dan hari itu Allah menjadikan kami merasa kecil agar lebih menyadari bahwa tak
ada yang lebih besar dibanding Dia, agar tak mudah merasa sombong karena merasa
paling tau. Dan Allah memberikan kesempatan kepada kami untuk merasakan
ketidaknyamanan agar lebih bersyukur ketika Allah sediakan kenikmatan.
Sepertinya prolog ini sudah terlalu panjang, jadi cerita hari
pertama insyaAllah akan dilanjut di post berikutnya semoga segera bisa
melanjutkan hihi.
Best Regards,
Lina