Sejenak menikmati Malang di MADOR (Malang Dorm Hostel)

by - September 19, 2017


Jumat, 18 Agustus 2017

Saya dan Dilla tiba di stasiun Malang sekitar pukul 2 pagi, dari pembicaraan kami dengan para driver go car ketika di Surabaya, kami disarankan untuk tidak memesan transportasi online di dekat stasiun atau kawasan ramai lainnya di Malang karena menurut pengalaman mereka akan berdampak kurang mengenakkan. Kami disarankan jika tetap ingin memakai layanan transportasi online maka lebih baik kami berjalan dulu hingga agak jauh dari stasiun.

***
Sekitar 30 menit sebelum kereta kami sampai di Stasiun Malang.
terdengar suara perempuan dari speaker kereta bahwa "Sesaat  lagi kereta Api akan tiba di Stasiun Lawang, periksa barang bawan anda bla bla bla bla"

"Dil, gantian aku di deket jendela yak,"
 karena waktu itu Dilla yang duduk di dekat jendela, dan saya pingin banget merem sebentar sebelum sampai Malang, jadilah saya meminta bergantian posisi dengan Dilla. Dilla pindah, saya mulai merem tipis-tipis. sesaat kemudian Dilla melongok ke bagasi barang-barang, masih wajar dalam hati mungkin Dia mau ambil sesuatu. beberapa detik kemudian, dia menurunkan barang bawaan dan membangunkan saya. 
"Ayok Lin siap-siap,"
 masih dengan backsound suara embak embak yang bertalu talu. Saya yang masih pingin merem cuma riyip riyip sambil ngeliatin Dilla yang mulai riweh. 
"Lho Dil, Malang nya masih jauh kok",
 "Lha itu mbak nya bilang mau sampe kok Lin" ,
 saya dan Dilla berpandangan, Dilla berpandangan dengan Bapak  penumpang di depan kami, Saya berpandangan dengan Bapak penumpang di depan kami, kami bertiga saling berpandangan. 
"Ini masih Stasiun Lawang Dil," 
"Malang Lin"
saya melihat Bapak di depan, Dilla melihat Bapak di depan, Bapak akhirnya berkata
 "L A W A N G mbak, Malang masih sekitar setengah jam lagi"
blaar kemudian dilla tidur lagi. wkwk ga deng kemudian Dilla geli sendiri. oke harap maklum mungkin saya membangunkan dia tidak disaat yang tepat jadi masih setengah sadar gitu lagian LAWANG sama MALANG sekilas sama jika didengarkan sambil ngantuk bhahaak

**

Karena kereta kami tengah malam dan tiba di Malang masih sangat pagi maka kami memutuskan untuk istirahat sebentar di peron sambil menunggu subuh untuk kemudian menuju Masjid Agung Jami’ Malang. Sebelumnya kami sudah mencoba cek jarak antara stasiun Malang dan Masjid Jami’ dengan google maps yang menunjukkan jarak yang menurut kami cukup ramah untuk ditempuh dengan berjalan kaki, sekitar 10-15 menit saja, jadilah kami berjalan kaki.

Berbekal google maps kami berjalan mejauh dari stasiun menuju alun-alun tugu yang waktu itu masih ramai dengan warna warni lampunya. Jalanan masih sepi hanya ada satu dua orang petugas kebersihan. Kami melewati balai Kota Malang yang juga sangat semarak dengan lampu warna warni nya. Kami sempat beberapa kali berhenti untuk mengambil foto namun karena waktu sudah hampir menunjukkan waktu Subuh jadilah kami mempercerpat jalan kami. Ternyata jarak sesungguhnya lebih jauh dari yang kami pikirkan, namun karena hari masih pagi jadi lumayanlah tidak terasa capeknya.



Suara adzan Subuh semakin lama semakin terdengar jelas, kami telah sampai di pelataran masjid Jami’. Gerah menjadi lebur seketika ketika terbasuh air wudhu, Subhanallah hehe. Usai sholat kami sejenak ikut mendengarkan kajian seusai subuh sambil meregangkan kaki yang sedikit mulai kaku.

Hari semakin terang, perut kami mulai menunjukkan tanda tanda butuh asupan. Semula saya mengira akan banyak penjual makanan di sekitar masjid, ternyata pagi itu tak terlihat sama sekali. Mungkin memang kepagian. Sempat bertanya pula dengan bapak-bapak jamaah masjid tempat yang banyak penjual makanan dan setelah kami cari ternyata tutup atau mungkin belum buka. Jadilah kami menikmati perut kosong di alun alun ditemani ratusan burung dara yang cukup membuat Dilla riang gembira.

Tak lama kemudian serang ibu pedagang gorengan mendekati kami, menawarkan beberapa gorengan yang tersisa. Tanpa pikir panjang langsung dibelilah dagangan si ibu untuk pengganjal perut. Bebreapa saat kemudian ada penjual soto di pinngir alun-alun, segeralah kami memesan. Sambil menikmati sarapan yang sebenarnya kurang cocok denan lidah kami ini kami berbincang dengan rombongan mbak-mbak (lupa mereka dari mana huhu) yang juga akan ke Bromo malam nanti, namun start point mereka dari Batu sehingga mereka harus melanjutkan perjalanan ke Batu. Berbeda dengan rombongan tadi, saya dan Dilla akan ke Bromo dengan start point Malang. Jadilah sebenarnya kami ke Malang hanya untuk transit sebelum ke Bromo.

Usai sarapan kami melanjutkan perjalanan ke tempat penginapan kami di daerah Laksanama Martadinata dengan berjalan kaki lagi! Yang ada di pikiran kami hanya sampai di penginapan, check in kemudian gegoleran sesuka hati ah pikiran semacam membuat langkah kami semakin cepat. Namun ekspektasi memang tak selalu bahkan hampir tak pernah sesuai dengan realita, sampai di Mador, tempat kami akan menginap, kami baru bisa check in sekitar pukul 12 siang karena kondisi kamar yang belum memungkinkan, padahal waktu itu masih sektar jam 8 pagi ! pupus sudah harapan kami untuk gegoleran sesuka hati.

Drama belum usai sampai disini. Dasarnya memang travelling ala backpacker yang kalau lihat sesuatu yang pertama kali dilihat adalah harganya dan benar benar meminimalisir biaya jadilah kami mengalami sedikit diskusi yang agak panjang terkait pemesanan kamar. Yang awalnya kami yakin dengan hanya memesan 1 tempat tidur yang kami pikir bisalah untuk berdua, ternyata tak diberbolehkan. Karena 1 bed hanya untuk satu orang dengan model tempat tidur semacam cubicle. Setelah perhitungan ini itu dan bahkan sempat ingin mencari tempat lain karena ingin segera tidur jadilah kami akhirnya menambah 1 unit tempat tidur dengan harga per orang 90k. Namun tetap kami harus menunggu kamar dibereskan di ruang tunggu yang lumayan nyaman sambil menunggu Mbak Efa dan Mbk Dyah yang lebih dikenal dengan Mbak Rihana, teman kantor Dilla yang akan ke Bromo bareng saya dan Dilla. Awalnya mereka akan cari penginapan lain namun akhirnya kami bebarengan di Mador.

||make sure kalau booking penginapan udah clear sebelum hari H ||

Oiya di ruang tunggu atau ruang tengah Mador ini dilengkapi dengan Televisi, beberapa buku, sofa, bantal, bahkan monopoli. Saking ngantuknya saya sempat tertidur di ruang tamu dan baru terjaga setelah dibangunkan untuk pindah ke kamar yay kamarnya siap lebi cepat. Dengan masih setengah sadar saya gercep menuju kamar dan segera bersiap untuk mandi karena dari semalam belum mandi, bisa dibayangkan betapa gerahnya, tapi untungnya Malang tak sepanas di Semarang atau Surabaya.

Jadi bentuk kamar kita macam kotak kotak yang bisa diisi 6 orang. Ada 3 tingkat space di setiap bloknya. Space paling bawah adalah untuk menaruh barang barang, kemudian 2 di atasnya untuk tidur. Di setiap space tempat tidur ada lampu yang cukup sebagai penerangan masing masing space, kemudian stop kontak, gantungan baju, bantal, guling, selimut, serta dilengkapi dengan gorden. Jadi walaupun se ruangan dibuat bebarengan tetap bisa menjaga privasi wehe. Awalnya saya rada pesimis, memangnya nyaman ya tidur di tempat tidur macam oven gitu, nanti kalau gerah banget gimana dong, kalo gabisa napas duh macam mana nih. Noo ternyata beneran nyaman. Dibuat istirahat aman banget dan nyenyak karena suasananya tenang banget.

Untuk kamar mandi memang di Luar kamar dan dipakai barengan tapi tetep dipisah dong ya antara perempuan dan laki-laki. Walaupun dipakai bersama namun kondisinya bersih banget, ada 4 kamar mandi dengan shower air panas-dingin dan 1 kamar mandi dengan closet di kamar mandi perempuan. 

Kami mendapatkan fasilitas pantry yang bisa digunakan kapan saja dengan bahan makanan yang sudah tersedia seperti roti, buah, dan bebrapa minuman instan serta teh. Dari semua venue di Mador, pantry adalah favorit saya, bukan karena ada makanan tapi karena seru gitu, sebenarnya disana disediakan Postcard for free yang bisa dibawa pulang tapi apa boleh buat Postcard nya habis huhu.

FYI karena Mador ini merupakan penginapan tujuan Turis asing yang juga backpacker, maka tak heran jika ketika disana banyak sekali bule berseliweran. Sebenernya pengin gitu ngobrol tapi lebih milih tidur duh mulai lagi kan otak kadal Berjaya fiuh.

Oiya satu lagi ketika memasuki Mador, kami diharuskan melepas alas kaki di luar dan menggantinya dengan sandal jepit yang telah disediakan untuk membantu menjaga kebersihan.



(gambar tempat tidur source : google)

Karena di Malang hanya untuk transit sebentar sebelum ke Bromo jadilah kami hanya merencanakan untuk makan dan tidak pergi kemana mana. Awalnya kami ingin ke Madame Wang yang terkenal dengan pernak perniknya yang unyu menggemaskan. Tapi sekali lagi entah kenapa hari itu bertepatan dengan hari Jumat dimana tempat itu tutup jam 4 sore, sementara kami baru bersiap-siap untuk keluar untungnya Dilla cek jam buka dan tutup sebelum kami berangkat. Oke belum jodoh kan ya berarti harus ganti destinasi, Bakso Presiden ! bakso lagi biarin muehe.

Bakso presiden ini ternyata terletak di pinggir rel kereta api dan berasa banget sensasinya ketika kereta melaju wush gojes gojes tepat disamping kita menikmati kuah bakso beuhh. Yang berbeda dengan bakso lainnya yang pernah saya makan adalah jenis bakso yang bermacam macam dan disajikan tanpa mie. Saya pikir tanpa mie saya masih akan merasa lapar, ternyata posrsinya pas banget.



source google karena ga sempet ngefoto





Usai menikmati bakso Presiden dan hari masih sore, sayang banget jika harus pulang ke Mador. Lanjutlah kami menuju tempat jajan selanjutnya. Pilihan tertuju pada kedai serabi samping masjid karena waktu itu pas banget masuk Maghrib. Sampai sana malah bingung mau pesen apa karena mendadak jadi ga kepingin makan lagi. Pesanlah kami 2 serabi, ya hanya dua dan itupun hanya disentuh sedikit karena rasanya yang menurut kami aneh. Hmm pulang aja lah pulang.

Sampai di Mador kami menuju kamar dan bertemu dengan roommate lainnya yang ternyata juga orang Semarang, lah pas banget. namanya Mbak Empat, iya ini ga typo kok beneran namanya Empat gitu hehe. Setelah berbincang kami menuju tempat tidu masing masing lalu beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan tengah malam nanti.


PS : sebenarnya ada banyak sekali photoshoot yang terlewat, tapi sudah tervideokan oleh Dilla,semoga videonya cepet release di channel mu ya dils :D


 Regards,
Lina Listyawati

You May Also Like

3 komentar

  1. Ini aku yg baru tau apa emg dr dulu udh banyak tempat inepan gitu di indonesia? Keren ih, bersiiih 👍

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete