Ciwidey, Magisnya Kawah Putih Hingga Keriweuhan di Ranca Upas
Bandung,19-20
Agustus 2019
Hari dimana harus checkout dari bobobox ketika
lagi sayang sayangnya(?), dua hari nginep disini rasanya sungguh sangat kurang
gasih harusnya seminggu kayaknya ahaa. Hari itu saya dan Mb May akan Ke Kawah
Putih. Sesungguhnya ini adalah tujuan utama kami, terutama saya. Karena dari
dulu pingin ke Bandung karena pingin ke kawah putih, semenjak nonton film
“Heart” haha inget kan yang adegan Nirina Zubir lari larian di hutan mati nya
wkwk jadul amat ya referensi nya. Oke back to the topic,selesai packing kami
keliling sebentar di area bobobox untuk mengabadikan setiap sudutnya yang kece
itu.
Ryan : “Din, lin maaf”
May : “ iyaa ryaaan ndk papaaa…kau di kos ajaaa
hehehe. Doain kami slamet :D”
Lin : “Mas nanti kita mampir ya nitip barang
barang”
Ryan : “Ya. Da mendingan”
May : “Da jadi makan pisang??”
Ryan : “abis lari2 cek kondisi tubuh dan perut.
Kalian dimana”
May : “di Hotel”
Ryan : “niceeeee”
May : “paling jam 9an otw”
Ryan : “kemarin aja bilang habis subuh “
May : “ sebelum dhuhur itu = sehabis subuh kan?
“
……
Niat berangkat habis subuh pun hanya
wacana,karena sekitar jam 6an kami baru beres foto foto, jadi habis subuh
adalah sebelum dhuhur haha. Ini akan menjadi rute perjalanan terjauh dibanding
2 hari sebelumnya karena kami akan mlipir ke kabupaten bandung, Ciwidey.
Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar 1.5 jam dari Bobobox. Tetapi kami
akan mampir ke kos Mas Ryan dulu untuk titip barang barang. Sekitar hampir
pukul 10 saya dan Mbak May baru keluar dari Bobobox. Sampai di Kos mas Ryan dia
masih santuy kita kira gajadi ikut karena blm siap siap . Setelah memastikan
perut aman, akhirnya dia ikut.
Sambil menunggu mas Ryan siap siap. Saya dan
Mbak May cari sarapan. Kami beli semacam lontong tahu apaya lupa namanya haha.
Tentu yang 1 ga pedes walaupun sebenernya mau kita kasih yang paling pedes tuh
tapi males aja kalo harus berhadapan dengan urusan perut lagi yakan. Beres
makan dan siap siap kami berangkat setelah sebelumnya mampir ke kos baru mas
Ryan. Sesungguhnya dia harusnya udah pindah per hari itu tapi ngeles aja nunggu
besoknya. Tapi dengan begini saya dan Mbak May beruntung karena di kos yang
baru ga boleh bawa orang,apalagi orangnya riweuh gini haha.
Perjalanan dimulai dengan berpedoman
google maps. Jalanan lancar karena memang hari itu Senin, cuaca super cerah
tapi ga sepanas Semarang tentunyaa. Karena kami menuju ke ciwidey, sepanjang
jalan banyak disuguhi perkebunan. Paling banyak perkebunan stroberi yang
sebagian besar digunakan untuk wisata petik buah. Makin kesini udara makin
sejuk, pepohonan rindang, jalan berkelok naik turun tanjakan, sesekali ada
warung lesehan jagung bakar. Sempurna!.
Akhirnya kami tiba di area pintu
masuk Kawah Putih beberapa saat sebelum dhuhur. Setelah parkir motor, menitipkan
helm, dan meninggalkan barang barang yang tidak perlu dibawa, selanjutnya kami
menuju loket untuk membeli karcis masuk dan bertanya apakah di atas ada tempat
sholat dan ternyata ada jadi kami memutuskan untuk sholat di atas saja. Harga tiket
Rp 25,000, serta ongkos ontang anting Rp 20.000 ,yaitu kendaraan yang akan
mengantarkan kami menuju Kawah Putih. Kendaraan ini mirip angkot yang
dimodifikasi menjadi setengah terbuka. Sebelum berangkat dengan ontang-anting, kami
harus menunggu beberapa saat hingga kendaraan ini penuh.
Petualangan dimulai, ceilahh. Ada sensasi
tersendiri ketika naik ontang anting ini, apalagi untuk yang duduknya
dipojokan. Bayangkan angkot yang setengah terbuka dengan penumpang yang penuh
melewati hutan dengan jalan menanjak yang terjal, dan tentu saja dengan
kecepatan super. Perjalanan ini memakan waktu tak kurang dari 15 menit. Sesampainya
di pemberhentian ontang anting, kami bergegas untuk mencari letak mushola dan
toilet di peta super besar tapi cukup membingungkan, entah apakah ini efek dari
perjalanan barusan yang mobat mabit
atau memang petanya yang tidak mudah dimengerti haha.
Usai sholat dhuhur kami mulai jalan
menuju Kawah. Udara disini panas tapi sejuk, jadi siap siap amunisi untuk
mengurangi kegosongan haha. Bau belerang sudah mulai tercium, menurut Mbak May
baunya ga sepekat yang di Dieng, tetapi karena saya belum pernah ke Kawah yang
di Dieng jadi menurut saya bau belerangnya cukup menusuq. Untuk turun ke Kawah
kami harus melewati anak tangga yang cukup banyak. Siang itu pengunjung tak
begitu banyak, sesekali berpapasan dengan turis bule. Ketika kami menuruni
tangga dan kawah mulai terlihat sungguh pemandangannya membuat kami terpesona, menurut saya ini magis dan megah sekali. Atmosfernya
membuat setiap sudutnya terkesan eksotis, kalo di foto pasti bagus gitulhoo. Hamparan
kawah luasss, hutan mati, langit birunya huaaa pengen lama lama disini ga sih
tapi gabisa dan memang tidak diperkenankan berlama lama disini. Kenapa? Karena bisa
mabok bau belerang. Nah untuk mengatasi hal yang tidak diinginkan, setiap
beberapa waktu ada semacam himbauan untuk tidak terlalu dekat dengan kawah, dan
ketika sesiapa saja yang mulai merasa pusing, mual dan gejala lain yang
disebabkan karena bau belerang sebaiknya mulai menjauh dari kawah.
Oiya ketika di kawasan kawah ini,
kita bisa berfoto di atas semacam jembatan tengah kawah tetapi harus membayar
tiket tambahan dan waktunya terbatas, karena jelas di tengah tengah kawah, bau
belerang akan semakin kuat. Jembatan menuju tengah kawah ini terbuat dari kayu
yang beberapa bagiannya sudah miring jadi kebayang rada rada deg deg an kalo
terlalu ke pinggir atau ketika papas an dengan orag lain. Terus sempat
kepikiran pula ini pas buat jembatan prosesnya gimana yak, kan ga boleh kena
belerang orangnya?? Terus ini kan belerang panas yak terus kayak menguap gitu
karena ada asap-asapnya , tapi kok ga habis habis yaa?? Ada yang bisa jawab? Haha.
Sampai di tengah kawah, makin makin
berasa eksotisnya ditambah sepoian angin pula. Setelah puas berfoto dan karena gentian
dengan pengunjung lain, kemudian kami kembali ke tepi, di area hutan mati. Makin
dinikmati, malah pesonanya semakin menjadi jadi nih. Tapi karena kami sudah
cukup lama di dekat kawah dan mulai sedikit pusing, lagi lagi entah ini akibat
bau belerang atau karena kelaparan kami tak tau yang jelas kami beranjak
menjauh dari kawah, kembali menaiki anak-anak tangga dan mulai kehausan. Oiya di
kawah putih ini juga ada semacam jalur untuk menikmati kawah dari atas,
biasanya jalur ini untuk lansia. Sebenernya
cukup penasaran tapi karena sudah ngos ngosan jadilah kami bergegas menuju
toilet untuk kemudian turun ke area pintu masuk dengan kembali menaiki
ontang-anting.
Sampai di bawah, kami lalu menuju ke
salah satu warung makan yang cukup menarik perhatian karena penataan ruangnya
dibuat selayaknya kafe kafe hits tapi lebih sederhana. Setelah melihat daftar
menu yang cukup banyak namun banyak pula yang kosong, akhirnya kami pesan
makanan andalan di setiap suasana. Indomiee selerakuuu~ dengah telur setengah
mateng dan irisan cabe. Sambil makan sambil mengecharge hp dan kamera untuk
prsiapan ke destinasi selanjutnya. Beres makan kami menuju ke parkiran untuk
sholat di mushola dekat sana. Di tengah jalan ternyata banyak sekali penjual
stroberi dan blueberry, karena menggiurkan akhirnya saya membeli 1 bungkus
seharga RP 10.000 saja dengan isi yang menurut saya banyak huaaa kalo di
semarang pasti harganya jadi beberapa kali lipat. Setelah dicoba ternyata
memuaskan, manis, asem dan seger banget. Menyenangkan! . eh eh tunggu sebentar,
ternyata kunci motor mas Ryan ga ada di genggaman pun di semua tas yang kami
bawa. Masa iya kecemplung di Kawah? Atau jatuh pas naik ontang anting dan
nyangkut di semak belukar? Setelah sebelumnya kaca mata saya yang entah berada
dimana setelah tadi dipake mas Ryan (kemarin kayaknya udah ikhlas tapi begitu nulis
ini dan keinget lagi kok jadi ragu ragu ikhlasnya hmmmmm) sekarang malah kunci
motornya yang ga ada.
Kami mencoba tenang sambil Mas Ryan mengingat
ingat kembali kronologi hilangnya kunci motor tapi ya tetep aja ga inget. Setelah
sampai ke tempat parkir dan bertemu bapak parkir yang tadi pagi lalu bertanya
tentang kunci motor, tentu dengan ditanya ini itu akhirnyaaa ketemu! Ternyata memang
ketinggalah di jok motor pagi tadi. Alhamdulillah bapaknya baik hati dan Mas
Ryan ga jadi menyelami kawah, tak lupa ucapan dan tanda terimakasih kepada
bapak parkir. Setelah drama perkuncian berakhir dan usai sholat asar. Kami membeli
stroberi lagi karena enaaak. Sempat ditawari ibu ibu yang keliling tetapi
ketika dilihat lagi dengan harga yang lebih mahal tetapi isinya malah lebih
sedikit dibanding yang pertama saya beli. Akhirnya balik ke penjual yang
sebelumnya.
Dari kawah putih ke Ranca Upas ternyata deket banget, 2 menitan mungkin. Dari pintu masuk ke loket cukup jauh dengan jalanan bebatuan yang terjal. Bagi yang belum tau, Ranca Upas adalah tempat penangkaran rusa, disini juga terdapat camping ground yang cukup luas. Kalo dilihat dari postingan di Instagram, rusa rusa di Ranca Upas ini terlihat jinak dan bersahabat, jadi mari kita buktikan. Setelah membayar tiket masuk Rp 15.000/orang dan parkir motor Rp 5.000, kami menuju ke tempat rusa. Jika ingin memberi makan rusa, di depan kandang disediakan pakan berupa kangkung dan wortel yang bisa dibeli karena tidak diperbolehkan memberi makan rusa dari luar.
Dari kawah putih ke Ranca Upas ternyata deket banget, 2 menitan mungkin. Dari pintu masuk ke loket cukup jauh dengan jalanan bebatuan yang terjal. Bagi yang belum tau, Ranca Upas adalah tempat penangkaran rusa, disini juga terdapat camping ground yang cukup luas. Kalo dilihat dari postingan di Instagram, rusa rusa di Ranca Upas ini terlihat jinak dan bersahabat, jadi mari kita buktikan. Setelah membayar tiket masuk Rp 15.000/orang dan parkir motor Rp 5.000, kami menuju ke tempat rusa. Jika ingin memberi makan rusa, di depan kandang disediakan pakan berupa kangkung dan wortel yang bisa dibeli karena tidak diperbolehkan memberi makan rusa dari luar.
Untuk ke tempat rusa, kami melalui semacam jembatan yang cukup tinggi. Dari atas terlihat beberapa pengunjung yang sedang berinteraksi dengan rusa. Ada yang sedang asik memberi makan bahkan dikejar. Bagi saya yang tidak terbiasa dekat dengan binatang akan butuh waktu cukup lama untuk akhirnya bisa turun untuk membaur bersama rusa-rusa itu. Ternyata Mb May juga takut untuk langsung turun, kami mengamati dulu bagaimana sesungguhnya rusa rusa ini apakah benar benar ramah dan bersahabat, ataukah kami yang masih menutup diri haha. Mas Ryan membeli beberapa ikat kangkung dan mulai mencoba berinteraksi, diikuti saya dan Mbak May yang masih takut takut, ternyata sungguh bagi kami ini tak semudah yang ada di feed Instagram orang-orang zaenabbb.
Rasa hati ingin lari lari tertawa anggun dengan rusa-rusa ini, tetapi kenyataannya didekati aja udah jejeritan. Disini ada banyak sekali rusa, mulai dari yang kecil sampai yang sudah tua dan membatasi geraknya. Rusa-rusa yang sudah berumur hanya duduk dan memakan rerumputan yang ada disekitarnya, tak seperti rusa-rusa yang masih muda dan gesit berlarian kesana kemari. Hari sudah semakin sore, dan ternyata kabut mulai turun membawa hawa dingin, kami beranjak pulang.
Rasa hati ingin lari lari tertawa anggun dengan rusa-rusa ini, tetapi kenyataannya didekati aja udah jejeritan. Disini ada banyak sekali rusa, mulai dari yang kecil sampai yang sudah tua dan membatasi geraknya. Rusa-rusa yang sudah berumur hanya duduk dan memakan rerumputan yang ada disekitarnya, tak seperti rusa-rusa yang masih muda dan gesit berlarian kesana kemari. Hari sudah semakin sore, dan ternyata kabut mulai turun membawa hawa dingin, kami beranjak pulang.
Yang awalnya masih ingin jalan-jalan
di kota sepulang dari ciwidey, begitu sampe di kos mas Ryan ternyata kami udah
mager parah. Jadilah sebelum saya dan Mb May memindahkan foto dari kamera ke
berbagai memori penyimpanan karena file yang super banyak. Rencana awal saya
dan Mb May akan ke stasiun tengah mala mini sehabis kota-kota, tetapi karena
kami batal kota-kota karena lelah sekali, apalagi Mb May yang seharian nyetirin
huhu, akhirnya setelah mempertimbangankan ini itu jadilah kami bermalam di
mushola yang lebih mirip gudang di lantai atas. Cukup bersih hanya saja banyak
sekali barang barang karena memang sedang proses renovasi sepertinya. Ada kejadian
yang sampai sekarang masih bikin penasaran pas bermalam disini. Kapan waktu Mas
Ryan pernah bilang kalo dia sering kebangun dan denger suara adzan padahal pas
lihat jam ternyata masih dini hari, jauh sebelum waktu subuh. Nah ternyata
beneran dong, dini hari saya kebangun dan ada adzan pikir saya Alhamdulillah
udah pagi, udah waktunya kemas2 buat ke stasiun, ehh ternyata baru jam 2an. Dan
ternyata Mb May juga mendengar adzan Cuma sepertinya kami kebangun di jam yang
sedikit berbeda. Aneh aja sih itu siapa pula yang adzan jam segitu eh.
Akhirnya pagi beneran datang, saya
dan Mb May bergegas turun lalu siap-siap ke stasiun. Karena masih dini hari,
kami salah jalan. Drama lagi ulalala. Yang harusnya saya janjian dengan bapak
penyewa motor di depan stasiun, eh kami malah nyasar ke stasiun pintu belakang.
Untung bapaknya baik mau nyamperin huhuhu. Dan drama belum berakhir dong, karena
kami di pintu belakang, sedangkan kereta kami lebih dekat dijangkau dari pintu
depan, jadilah kami berlari lari keluar masuk dari gerbong satu ke gerbong
lain. Belum lagi kami belum sempat beli oleh-oleh , wis intinya pagi itu berasa
di film film yang last minute baru beli oleh oleh, 5 menit sebelum kereta
berangkat masih lari larian naik turun gerbong haha. Seru, eh krembiss. Alhamdulillah
ga sampe ketinggalan kereta, sedari tadi berasa tahan napas, baru begitu ketemu
tempat duduk kami bisa bernapas legaaa. “Bandung,
ku pasti kembali~ “
Best Regards,
linalistya
linalistya
0 komentar