Awalnya sempat bingung pas dapet
tugas Bahasa inggris buat video ngobrol sama native speaker karena memang ini
pertama kalinya dapat tugas semacam ini ditambah skill Bahasa inggris yang pas
pasan banget. ditambah lagi kami hanya bisa mengerjakan tugas tersebut di hari
Sabtu atau Minggu jadilah jauh hari sebelum batas waktu pengumpulan kami segera
menntukan hari, bagi tugas property dan susun teks.
Hari itu usai ujian tengah
semester, kami segera diskusi tempat dan mengatus segala sesatunya. Sangat dadakan
karena teks pun baru disusun beberapa menit sebelum in action. Kami memutuskan
untuk mencari native speaker di Lawang Sewu yang dekat kampus dan memang sering
dikunjungi leh wisatawan asing. Jujur kami tidak berekspektasi apapun, yang
jelas ingin segera semua ini usai dengna lancar.
Ketika sampai disana sebenarnya
akmi berpapasan dengan pasangan bule hanya mereka tampak buru buru. Sampai di
dalam setelah berputar keliling gedung tak ada satupun bule yang kami temui. Hingga
kami memutuskan untuk rehat sejenak sembari membaca ulang dan latihan Tanya jawab.
Hingga ketika kami hampir menyerah dan pinda ke tempat lain, akhirnya kami
bertemu dengan dua turis asing, ayah dan anak.
Makin lega ketika ternyata mereka
juga bisa berbahasa Indonesia. Kami yang awalnya deg degan dan rada minder dengan
semua ketidaksiapan ini, pada akhirnya ketika percakapan berlangsung suasananya
tak setegang yang dibayangkan. Juga obrolan kami banyak sekali yang tidak
sesuai dengna teks yang sudah kami susun sebelumnya. Percakapan terjadi begitu
saja, mereka hangat dan dengan senang hati menjelaskan apa yang kami tanyakan.
Namanya Pietter dan anaknya
Zucker, bule Asal Australia yang telah menetap di Jakarta. Ternyata istrinya
adalah seorang Indonesia lebih tepatnya Rembang. Dari percakapan kami beliau
bilang bahwa ia senang tinggal di Indonesia karena biaya hidupnya jauh lebih
murah disbanding Australia. Juga karena menurutnya banyak hal yang tidak bisa
di lakukan di Australia karena peraturan yang lebih ketat. Selain itu ia juga
bercerita bahwa mereka senang berkelilig Indonesia, karena Indonesia memiliki
banyak sekali tempat bagus.
Ternyata ngobrol sama native
speaker itu nyandu, seru banget, mereka welcome banget dan merasa senang karena
berasa disambut . yang awalnya malu malu dan takut memulai ternyata ngalir gitu
aja. Sampai akhirnya mulai flashback ketika lihat bule dan saya Cuma diem takut
nyapa gitu, kalau dipikir kasian banget mereka bertamu tapi didiemin sama yang
punya rumah.
Oiya sstu kelompok kami ada tiga
orang, aturannya semuanya harus masuk ke video jadi ada satu orang yang
ngebnatu taking videonya, awalnya kami berencana buat gentian aja takingnya, eh
pas hari H malah mas Yosep dengan senang hati nawarin buat ikutan. Setelah kelompok
saya selesai taking giliran mas Yosep yang ngegalau dia pingn sekalian taking
juga tapi seperti sebelumnya kami tak menemui bule lagi . mas Yosep udah lilo
legowo juga kalo kalo udah ga nemu bule lagi, hingga ketika kami akan pulang si
Putri dan Bu Laily ngajak mampir ke gedung semacam perpustakaannya kemudia di
sana kami main puzzle. Tak lama ketika kam main puzzle tetiba datang seorang
bule cantik ngehampiri kita yang lagi asik main puzzle dan ikutan main puzzle. Beberapa
saat setelah itu ternyata datang beberapa bule yang ikutan nimbrung, ternyata
mereka adalah keluarga.
Mas Yosep udah mulai seneng tapi
gemeteran. Tak ingin melewatkan momen ini saya membujuk mas Yosep dan meminta
salah seorang bule tadi untuk diajak bicara. Dengan rada grogi salting gitu mas
Yosep mulai ngobrol, gimana ga salting itu anak bule cantik banget. dan
ternyata dia sedang pertukaran pelajar di SMA 3 Semarang.
Memang ya ikhlas itu balasannya
lebih banyak dan insyaAllah bakal lebih baik, dari kejadian ini aja bisa
dibilang begitu ketika mas Yosep bantuin kami taking video sama dua bule
ternyata dia yang sebenarnya udah “yaweslah” malah dipertemukan dengan lima
bule coba cantik pula hahay.
Sincerely,
Lina Listyawati