Dari Pantai Ter-Timur Jawa Hingga Pantai Ter-Barat Bali

by - September 10, 2018


Banyuwangi, 19 Agustus 2018

Malam sebelumnya, setelah pulang dari baluran kami berjalan masuk perumahan barengan dengan Mas Dedik yang akan ke basecamp Banyuwangi Tour, ternyata rumah basecamp itu deketan dengan homestay kami, lah kok ya ternyata deketan. Sampai rumah , sesudah bersih – bersih rapih rapihin tempat dan siap gegoleran sambil nungguin bapak gofood, kami melanjutkan pembicaraan mengenai plan destinasi kami selanjutnya. Plan awal kami akan ke Pulau Menjangan lalu snorkeling disana. Setelah tanya sana sini, bahkan sempat tanya dengan temannya mas Dedik ternyata setelah dipikir-pikir kok jadi overbudget jatuhnya, yang estimasi biaya awal sekitar 250-300K jadi 300-400K, yang pertama saya pikirkan adalah .. SPP, balada anak sekolah ini mah. Eh tapi kan budget segitu lumayan banget . Lagi pula sebenarnya dari awal saya sudah rada yakin ga yakin gitu mau snorkeling segala, yang pertama karena budget yang bakal membengkak, dan yang kedua karena setelah saya pikir bakal riweuh bawa bawa baju basah dari Banyuwangi ke Semarang, kan tambah berat dan belum lagi kalo bocor berabe dong haha.

Setelah dengan pertimbangan ini itu akhirnya kami menemukan tempat yang sepertinya cakep, tempat ini juga yang kemarin direkomendasikan mas Dedik. Grand Watu Dodol, pantai paling Timur di Banyuwangi. Dari yang kami lihat di google map tempatnya bagus, photo able dari info juga ternyata kalau mau snorkeling bisa juga karena Dilla dan April masih penasaran pingin snorkeling.

Pagi harinya sebelum ke GWD (Grand Watu Dodol) kami menyempatkan sarapan di tempat Nasi Tampong lagi, ibu penjualnya tetap sumringah dan masih ingat kita, ah senangnya jadi berasa dapet keluarga baru hihi. Menu yang sama , dengan printilan jajan yang lebih banyak dan makan dengan lebih lahap. Setelah sarapan, dengan naik GoCar kami menuju ke stasiun Karangasem terlebih dahulu untuk mengembalikan kunci dan mengucapkan banyaak terimakasih ke Mas Rahmat di  basecamp rumah singgah, namun ketika kami sampai sana ternyata mas Rahmat ga di tempat, kunci dikembalikan ke Mas2 yang dulu cari rombongan kami di Stasiun tapi salah nyebut nama, dan ternyata lagi, driver GoCar kami dulunya juga kerja di tempat mas Rahmat, semacam orang – orang yang kami temui saling berhubungan.

 Perjalanan dari stasiun Karangasem menuju GWD cukup jauh, sekitar 30-45 menit, sesekali tektokan sama mas driver haha, “ini cewek semua mbak”, “iya mas, kan kita sok2 hijab traveller hihi”, “emang enak ya mbak cewek semua gitu”, “justru enak mas, bebas kalo di penginapan juga ga canggung”, begitulah kalo bepergian bareng yang sesama jenis apalagi yang jenis plengeh, kami malah merasa bebas sih mau ngapain aja ga ada jaim2 nya, karena udah tau gimana sifat masing masing jadi liburan beneran tanpa beban ah elahh palingan beban mikir gimana caranya bayar SPP tetep tepat waktu, bleh.

Bicara tentang GWD, kenapa sih namanya GWD, Grand Watu Dodol? Nah sebelum saya tau juga kebayangnya “watu dodol, “stupid stone”?? haha bukan bukan itu ternyata, jadi di dekat GWD itu ada batu besar di tengah jalan yang menyerupai dodol, jenang dodol, dari situlah dinamakan Watu Dodol. Setelah saya browsing ternyata GWD ini menjadi pantai terbersih di ASEAN, keren !


Sampai di GWD kami disambut pepohonan kelapa yang melambai karena angin, pantaaii. Tiket masuk GWD sangat terjangkau, hanya 5ribu rupiah saja. Spot pertama yang kami tuju adalah jembatan panjang di dekat pintu masuk. Dari atas jembatan itu kami dapat melihat hapir keseluruhan wilayah pantai. Benar benar bersih dan banyak spot cakep. Setelah puas angin anginan di atas, kami turun untuk sholat dhuhur. Setelah sampai di toilet dan lihat mushola nya berasa makin jatuh hati sama tempatnya, tak hanya spot spot utama yang cakep bahkan toilet dan mushola nya pun begitu apik, artistik gitulah.

Sambil nunggu antrian toilet dan wudhu kami duduk-duduk sebentar di depan mushola. Iseng ngajak ngobrol bapak2 yang disamping mushola, “Pak, itu pulau apa ya?, “ sambil beneran penasaran sama pulau besar yang terlihat sedeket itu sama GWD, “o itu Pulau Bali mbak,”, wadidaww udah sedeket ini FYI saya, Dilla, Kunthi ,April yang notabene dulu ketika STM sekelas,pernah merasakan kecewa karena planning ke Bali gagal, dan sekarang berasa Bali di depan mata banget. Tapi kami masih yang okelah lihat dari sini dulu yaa siapa tau kelak bisa nyebrang nabung lah nabuung.


Usai sholat kami mendekat ke arah pantai. Pantai di GWD ini cenderung sempit dan pasirnya lebih ke semacam batuan kerikil kecil gitu. Bulan Agustus ini memang sepertinya sedang musimnya angin. Beberapa saat ketika kami mulai jalan di tepian pantai, ada bapak bapak sepertinya pemilik perahu atau semacam nelayan gitu kali ya, menawarkan kami untuk naik perahu, sekedar main ke tengah laut sambil angin-anginan.”Berapa pak?”, “15 ribu aja mbak, atau mau sekalian nyebrang ke Bali?, waduh bisa kha? Ah tapi mahal ga sih? Tapi jauh ga ya? Ombaknya gimana? Kan lagi anginan mayan gede, “50 ribu mbak, paling cuma 15 menitan dari sini”, entah kenapa tanpa pikir panjang kami bilang, “OKE PAK, MAUUUU”, kebayang girangnya kan haha 50 rebu sampai Bali, walaupun itu Pulau Bali yang paling Barat, TAPI KAN SAMPE BALI muehe.

Barang-barang kami tinggalkan di pantai titip sama bapak yang tadi menawarkan, hanya barang yg dibutuhkan yg kami bawa. Selain kami berlima ada sepasang suami istri separuh baya di rombongan kami, mulanya bapak ibu ini juga hanya berniat naik kapal motor ini sampai tengah aja lalu balik, tapi kami berhasil membujuk keduanya untuk sekalian nyebrang pulau, yay. Benar, sekitar 15 menit kemudian kami hampir sampai di Pulau Bali, dari jarak beberapa meter sudah tampak warna air laut yang berbeda dan ini beneran baru pertama kali lihat, dari yang warna biru tua lalu menjadi biru tosca MasyaAllaah indaaah sekalii. Belum lagi pasirnya yang putih dan kawasan ini sepi. Benar benar berasa privat beach.


Kawasan yang kami tuju ini adalah Taman Nasional Bali Barat, kondisi alamnya hampir sama dengan Baluran. Ada beberapa fauna yang dibiarkan di alam terbuka, yang kami temui saat itu adalah rusa, kera dan yang paling membuat ini terasa Bali banget sekaligus geli adalah beredarnya babi babi. Selain pantai dan taman nasional, di Buleleng ini terdapat Pura yang dimana kalau ingin memasukinya harus mengenakan pakaian adat Bali. Pas sekali ketika kami melipir kesana sedang banyak orang Bali yang datang untuk berdoa, tentu lengkap dengan sesajen dan pakaian adat putih-putih cantik sekali. Kami juga sempat berfoto dengan bli dan mbok cantik ketika mereka akan beribadah hihi.

Karena cuaca panas, kami tidak membawa bekal makan dan minum, setelah puas foto di pantai, kami naik perahu motor untuk kembali ke GWD. Sampai di GWD sudah disambut ibu ibu penjual Kelapa muda dan sudah menyiapkannya untuk kami. Huaaa segarnyaa , Alhamdulillahh. Di GWD ini ada beberapa Gazebo yang bisa dipakai oleh pengunjung, begitu ada yang kosong langsung lah diserbu.


Akhirnya kami menghabiskan sore di GWD dengan berjalan jalan ke hampir seluruh penjurunya,  karena ternyata kalau ingin snorkeling memang harus menyebrang ke pulau Tabuhan atau Menjangan yang tarifnya lumayan menguras dompet. Usai sholat asar kami makan di salah satu food courtd GWD.  Angin angin saat itu enaknya makan makanan yang berkuah, apalagi kalo bukan bakso yay. Tapi rasa bakso banyuwangi sedikit berbeda dengan bakso Semarang atau kebanyakan bakso yang pernah saya coba. Tapi karena lapar, habislah tak tersisa. Bakso ditemani dengan Tahu walik yang sepertinya menjadi makanan atau lebih ke camilan khas banyuwangi.

Kami menghabiskan waktu di tempat itu dari maghrib sampai malam sekali menunggu jemputan travel sambil nonton cuplikan opening ceremony Asian games yang terlewat hiks. Untung ibu yang punya warung baik hati, meskipun sudah tutup Akhirnya pukul setengah 10an kami di jemput travel untuk menuju ke Stasiun Surabaya. Sampai jumpa Banyuwangi, terimakasih untuk gunungnya, kawahnya, savana eksotisnya, lautnya dan orang orang baiknya. Ternyata Banyuwangi semenyenangkan ini ya, kata Kunthi.

Baiklah untuk yang penasaran berapa budget yang kami keluarkan selama 4 hari 3 malam di Surabaya-Banyuwangi, berikut detailnya :


Sincerely,
Lina Listyawati

You May Also Like

0 komentar