Bandung Heula

by - August 26, 2019


Beberapa kali ragu buat mulai nulis cerita perjalanan lagi takut pesan keseruannya tak tersampaikan dengan baik tapi balik lagi karena sepertinya saya akan lebih takut jika momen ini terlupa suatu saat nanti jadi marilah dengan segenap hati menguatkan tekad untuk mulai menuliskannya. Sudah beberapa kali berniat untuk rutin nulis tapi ya gitu selalu kalah dengan prioritas yang lain, lalu kemudian menyesal karena lupa momen2 detailnya.

Jadi ceritanya kali ini adalah tahun ketiga saya liburan merdeka. Saya sebut sebagai liburan merdeka karena memang selalu pergi di bulan agustus tepatnya memanfaatkan libur tanggal 17 agustus biar ceritanya memerdekakan diri gitulho padahal agar supaya liburnya agak panjang aja ehe.

Makin lama makin nyandu ternyata pergi ke tempat baru, bertemu banyak wajah baru, membuat cerita baru, dan yang ga kalah seru adalah ketika menemui sisi lain diri sendiri atau partner traveling yang sebelumnya belum pernah terlihat , dalam situasi tertentu sisi lain itu akan muncul entah dalam kondisi menyenangkan atau sebaliknya.

Jadi menurut saya menentukan siapa partner perjalanan itu penting banget sih. Bahkan secara tidak langsung partner perjalanan akan menentukan bagaimana perjalanan itu sendiri akan tambah menyenangkan atau sebaliknya. Dan perjalanan kali ini sok sok ala liburan idekalina, jadi hanya saya dan mb Dina dari semarang.

Bandung, sesuai judul postingan ini adalah destinasi kami. Entah sudah sejak kapan pengen banget ke kota ini dan suatu hari tiba tiba random buka timeline instagram ada postingan cakep dan seger banget dan itu di Bandung. Saat itu ga mikir lama langsung chat ke mb Dina yang memang saat itu kami sedang riweuh ngurusin idekalina, dan dia mengiyakan yay!. FYI walaupun kami hanya kerja berdua tapi kami punya grup yang khusus bahas kerjaan dan chat room berbeda yang bahas diluar kerjaan, jadi bayangin aja sih kalo lagi riweuh dan tegang tentang kerjaan tiba tiba ada yang curhat itu menurut saya seru 🤣

Berbeda dengan perjalanan sebelumnya yang pakai jasa open trip, kali ini segala itinerary kami susun sendiri. Mulai list tempat yang akan dikunjungi, penginapan, dan transportasi. Untuk list tempat kami add place beberapa tempat yang ingin dikunjungi di google maps, untuk memudahkan tempat mana saja yang memungkinkan dikunjungi dalam sekali jalan bahkan untuk cek jadwal buka dan tutupnya. Untuk transportasi awalnya sempat melirik bus tetapi setelah mempertimbangkan beberapa hal akhirnya kami melilih kereta api. Nah jadwal kereta api pun ternyata sudah berbeda, kalau dulunya jadwal sudah muncul sekitar H-2 bulanan jadi bisa early booking nah sekarang jadwal kereta benar benar baru muncul H-30 hari. Untuk penginapan mbak Dina berhasil menemukan rekomendasi tempat penginapan kece untuk backpacker yang harganya bersahabat, insyaAllah penginapan akan saya bahas di post berbeda ya.


Jumat, 16 Agustus 2019
Kereta kami berangkat pukul 17.35. Oiya untuk yang gasuka ribet dan ga ada waktu untuk cetak tiket kereta, fitur e-boarding di KAI Access sangat membantu sekali tinggal klik klik beres deh, ga perlu antri cetak tiket dan yang jelas paperless. FYI E-boarding baru bisa muncul 2 jam sebelum keberangkatan ya, cara cek nya pastikan kode booking sudah diinput di aplikasi KAI Access kemudian masuk di tab MY TRIP, klik jadwal kereta yang sudah diinput kode bookingnya lalu akan muncul tab E-BOARDING klik lalu akan muncul barcode yang nantinya akan di scan oleh petugas.

Seperti penumpang kereta pada umumnya, kami menghabiskan waktu selama perjalanan dengan berbincang banyak hal, makan, menikmati pemandangan di jendela kereta, dan membicarakan rencana rencana perjalanan kami yang nantinya akan ada personil tambahan yang juga mendamba liburan. Mas Ryan, teman dekat mbak Dina yang juga kakak kelas saya. Kebeneran dia baru pindah kantor di Bandung sebulan terakhir. Lalu dibuatlah group di Whatsapp untuk memudahkan komunikasi kami bertiga yang nama groupnya saya jadikan judul di postingan ini haha, sebenarnya ada satu lagi teman Mbak Dina dan Mas Ryan yang di Bandung, Mas Fikar tetapi nomornya masih susah dihubungi.

Selama di Bandung kami berencana untuk sewa motor. Jauh jauh hari sebelum berangkat kami sudah survey di beberapa tempat, baik penyewaan yang di stasiun, yang dekat penginapan, yang murah, yang banyak jenis armadanya, namun belum menemui kepastian akan memakai yang mana. Beberapa kali menghubungi tempat penyewaan tersebut adminnya bilang bahwa gabisa booking jauh jauh hari karena pemesanan tergantung ketersediaan armada saat hari H. Dan mulailah sedikit cemas karena salah satu admin yang menyanggupi ternyata slow respon, bahkan hingga kami tiba di bandung, pesan kami belum juga berbalas dan tentu tidak bisa di telpon.

Kereta tiba di Stasiun Bandung pukul 1 dini hari. Rencana awal kami akan menghabiskan waktu hingga subuh di mushola peron lalu baru menuju ke kos Mas Ryan. Di luar dugaan ternyata di peron tidak ada mushola, dan mushola di luar stasiunpun ditutup. Mulai sedikit panik karena hampir jam 2 dan tentu belum sholat maghrib dan isya, saya coba buka google maps untuk mencari masjid terdekat, ketemu. Kami jalan keluar Stasiun mengikuti petunjuk gmaps, tetapi belum juga menemukan tanda tanda keberadaan masjid. Sempat Tanya ke pramuniaga indomaret tetapi tidak jelas arahannya, dan ditambah kami diikuti supir taksi yang mencoba menawarkan kami untuk ke alun-alun saja tetapi justru kami malah membuat kami ga nyaman.

Sambil memikirkan bagaimana kami akan kemana tentu dengan sedikit cemas karena tengah malam di tempat baru, belum nemu masjid, akhirnya kami memutuskan untuk oke ke masjid raya di alun – alun dengan gocar. Karena masih sedikit grusa grusu  ingin segera ke tempat yang setidaknya aman untuk stay paling tidak sampe subuh, sampai lupa top up e-wallet dan terpaksa transfer ke driver karena ga ada kembalian cash. Pelajaran pertama jangan grusa grusu.

Sampai di masjid raya langsung diingatkan orang yang lalu lalang di depan masjid untuk hati-hati dengan barang bawaan. Dan ternyata banyak sekali tunawisma yang tidur di serambi masjid, nyaris penuh dari depan hingga belakang. Entah karena ini masih dini hari atau bagaimana, tapi ekspektasi kami lagi lagi dikecewakan dengan kondisi masjid ini. Tak sebersih dan senyaman yang kami bayangkan. Usai mengambil air wudhu dan sholat kami jalan ke playground atau halaman masjid dengan karpet yang luas itu. Masih banyak sekali orang orang yang disana, sekedar berbincang, berfoto bahkan bermain bola. Kata Mas Ryan Bandung diguyur hujan tadi sore dan benar saja karpet di playground masih basah, entah sisa hujan atau embun yang mulai turun tapi jelas sekali ini tidak nyaman ditambah lagi bau bauan yang tidak sedap karena karpet basah, bau lembab, apek dan semacam bau ketidaknyamanan tercium di hidung kami.



Kami mencoba bertahan dengan tetap disana sesuai rencana. Admin penyewaan motor juga belum membalas. Saya mencoba mencari posisi nyaman untuk setidaknya tidur sebentar sebelum pagi. Beberapa saat saya sempat tertidur karena pada dasarnya saya bisa tidur dimana saja hehe, tetapi tidak dengan mbak Dina dia terjaga sepanjang kami disana. Bahkan saya sempat tau kalau dia menangis, disitu saya merasa ini aku yang ga perasa atau dia yang memang terlalu peka. Saya belum berani tanya kenapa, sampai akhirnya Mbak Dina tanya Mas Ryan, apakah kami bisa ke kosnya saat itu, kebeneran Mas Ryan bangun karena sakit perut dan menyuruh kami ke kos nya, disana ada mushola yang bisa untuk transit sementara katanya, Alhamdulillahh. Baru setelah ini saya memberanikan diri bertanya kenapa Mbak Dina nangis hehe. “entah rasanya jadi merasa kecil, gatau apa apa, gatau mau kemana dan harus gimana Dan ga kepikiran langsung tanya ke Ryan bisa ke sana apa enggak karena gamau ganggu dia istirahat juga, padahal ya posisinya dia memang nunggu tak kabarin kita sampe mana” jawabnya.

Menjelang adzan subuh kami bergegas meninggalkan masjid, berniat sholat subuh di kos saja karena melihat keadaan masjid saat itu yang menurut kami tidak nyaman. Tak lama kemudian mobil yang kami pesan datang dan segera menuju ke arah Cibaduyut. Sempat terjadi huru hara lagi karena alamat yang di sebutkan Mas Ryan tidak ada di maps. Kami berhenti di ujung jalan yang masih terportal, akhirnya mas Ryan menjemput kami di gang tersebut dengan masih memgang perut dan jalan sedikit membungkuk karena sakit perut aka diare, ehe maafkan kami yak. Akhirnya kami bertemu, cukup lega akhirnya bertemu dengan orang yang dikenal.

Kami menuju kos yang tak jauh dari gang. Kami diantar naik ke mushola yang ternyata sudah berubah menjadi tempat banyak barang barang pemilik kos padahal katanya sehari sebelumnya belum ada barang barang tersebut akhirnya kami menuju ke kamarnya untuk meletakkan barang dan saya bergegas naik lagi ke mushola tadi untuk sholat di Antara banyak barang barang.

Usai sholat subuh kami bertiga berbincang dengan mbak Dina yang terlihat lelah dan mengantuk tapi tak bisa tidur namun setidaknya keadaan sudah lebih baik. Rencana awal hari pertama kami di Bandung sesungguhnya adalah ke Lembang, tetapi karena sewa motor yang belum jelas dan sepertinya saya dan Mb Dina sedikit lelah dan tentu kurang tidur, akhirnya kami geser jadwal. Rencana ke Lembang di geser ke hari kedua dan kami memajukan rencana kota kota di hari pertama. Tentang sewa motor kami legowo, karena hari ini rencana akan pakai GoCar atau Grab saja.

Karena Mas Ryan masih sakit perut dan beberapa kali bolak balik toilet, kami memilih memesan menu sarapan yang “aman” , bubur ayam. Dan ternyata bubur ayam yang kami pesan sedikit berbeda dengan yang biasa kami makan. Tidak ada kuah nya, hanya bubur, toping ayam dan cakue dan sambal. So far so good. Dan ketika sedang menikmati sarapan sambil menyusun rencana har ini akan kemana saja, tiba tiba admin penyewaan motor di stasiun menghubungi saya menanyakan apakah masih membutuhkan sewa motor atau tidak. Tak menunggu lama saya segera menelepon agar lebih jelas dan cepat. Ternyata si embak admin menyampaikan akan membantu menyarikan ke temannya jika memang kami masih membutuhkan karena memang di tempatnya sudah tidak ada armada yang tersisa untuk di sewakan. Tak lama kemudian chat dari nomor baru masuk, tak lain adalah si pemilik yang akan meminjamkan motornya. Setelah tanya harga, dan kesediaan akhirnya kami dapat motornya. Yang kalau dibandingkan dengan harga di penyewaan sebelumnya harga yang kami dapat lebih murah dan dari yang rencana akan sewa 3 hari menjadi hanya 2 hari.



Alhamdulillah ketika sudah merasa “semeleh” Allah justru datangkan apa yang kami butuhkan. Semuanya serba tepat memang, hanya kadang kita sibuk mendengarkan keinginan kita, sibuk bertanya mengapa tidak sesuai rencana. Padahal ketika sedikit saja mau bersabar dan tidak sibuk mendengarkan kemauan diri sendiri Allah sungguh sudah menyediakan begitu banyak pertolongan. Dan hari itu Allah menjadikan kami merasa kecil agar lebih menyadari bahwa tak ada yang lebih besar dibanding Dia, agar tak mudah merasa sombong karena merasa paling tau. Dan Allah memberikan kesempatan kepada kami untuk merasakan ketidaknyamanan agar lebih bersyukur ketika Allah sediakan kenikmatan.

Sepertinya prolog ini sudah terlalu panjang, jadi cerita hari pertama insyaAllah akan dilanjut di post berikutnya semoga segera bisa melanjutkan hihi.

Best Regards,
Lina

You May Also Like

0 komentar