Sister's Camp
Ungaran, 12 Februari 2017
Speechless
dengan moment terdrama di awal tahun ini, semacam pindah genre, dari genre aman
tentram menjadi genre yang luar biasa diluar dugaan(awal tahun baru niat nulis
sekarang bhak ). Oke back to the topic, nah awal tahun lalu saya, linda dan
reny adek saya pada akhirnya sepakat merealisasikan sister's camp yang sedari
lama memang sudah pingin banget. Menjelang hari H sebenarnya malah jadi galau
jadi ga ya jadi ga ya, karena cuaca yang kurang mendukung. Saat itu lagi
musimnya angin kenceng dan beberapa kali hujan turun, namun karena ini minggu
terakhir saya dan linda libur kuliah jadilah kami memantapkan diri kapan lagi
yakan.
Dari
beberapa pengalaman sebelumnya saya lebih prefer sewa tenda di camping ground
daripada bawa dari bawah belum lagi pasangnya. Jadilah kami dengan percaya
dirinya berangkat tanpa bawa tenda. Diluar dugaan yang menurut prediksi saya
(anaknya sok jadi macam peramal wk) camping ground bakal sepi karena biasanya
puncak ramainya ketika long weekend, kali ini saya sepakat ketika teori
“biasanya” tak selamanya valid. Ada banyak sekali rombongan di camping ground Mawar,
mungkin jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan karena ternyata memang sedang ada
event tanam 1000 pohon.
Mulailah
kami panik kalau kalau tendanya habis. Benarlah, usai kami registrasi dan
menanyakan ketersediaan tenda hasilnya adalah semua tenda sudah di booking !
Nah tu ini semacam hidup segan mati tak mau, kondisi saat itu angin kencang
banget pokoknya ga kebayang kalo harus balik lagi karena jalan yang akan kami lewati
begitu curam belum lagi jika tetiba turun hujan.
Tak
menyerah sampai disini, saya dan linda juga bertanya tempat sewa tenda selain
di basecamp yang tentu dekat basecamp, hampir ada titik terang namun seketika
padam lagi ketika si empunya bilang kalau tenda masih basah. Hari semakin gelap
ditambah lagi dengan drama lampu padam, satu yang saya khawatirkan adalah si
reny. Saya khawatir jika kesan pertama saya mengajaknya ke alam malah berkesan
tidak seperti yang diharapkan, saya khawatir jika dia tak mau lagi di ajak ke
alam nantinya.
Karena
hampir maghrib dan kami belum tau bagaimana nasib kami nantinya hiks, mas
penjaga menyarankan kami untuk sementara di salah satu ruangan basecamp yang
memang diperuntukkan sebagai tempat rehat para pendaki atau pengunjung.
Usai
sholat maghrib kami lalu memutuskan untuk setidaknya melepas lelah dan menyusun
rencana kedepannya di ruangan basecamp. Disana kami bertemu beberapa rombongan
yang tengah asik bercengkrama sambil sesekali menyesap kopi ala pendaki buatan
mereka. Saya dan linda sebenarnya baik baik saja dengan keadaan demikian, namun
tampaknya tidak pada si reny. Anak SD yang tampak seperti anak kuliah ini hanya
diam saja semenjak kami di dalam ruangan basecamp. Karena saya merasa tak enak
akhirnya saya ajak dia keluar untuk melihat pemandangan malam itu. Setelah
ngobrol sebentar saya kembali mengajak dia untuk masuk karena angin yang
kencang.
Di
tengah obrolan saya dan linda, kami sempat bergumam masa iya dari orang
sebanyak ini ga ada yang kami kenal. Pasti ada, linda meyakinkan. Dan benar
saja tak lama kemudian ketika saya mengamati ke luar pintu basecamp tetiba ada
mbak Septi, kakak kelas saya sewaktu SMK. Saya langsung keluar dan menyusulnya
untuk menghampiri. Saya tau juga mbak Septi tak bisa banyak menolong karena Dia
juga datang bersama rombongan yang tak lain juga kakak kelas saya cuma lupa
namanya hehe. Kami mengobrol sebentar sebelum saya kembali lagi ke dalam
basecamp.
Sedikit
lega ketika saya masuk ke basecamp linda bilang kalau rombongan sebut saja mas
A, (kami benar benar tak berkenalan bahkan sekedar tanya nama, obrolan begitu
saja mengalir) menawarkan kepada kami untuk ikut gabung di rombongan mereka
karena masih ada sisa tenda. Mereka ini asalnya dari Jepara tapi lupa daerah
tepatnya hehe. Tak perlu berpikir lama kamipun mengiyakan. Dan tak lama
kemudian tenda sudah berdiri di spot best sunrise. Karena di luar gerimis maka
kami memasak air di dalam tenda menggunakan nesting dan kompor portable (oke
ini sebenarnya tidak disarankan dan kudu tetep hati hati ya), menjerang kopi
dan saling bertukar pengalaman.
Baru
saja kami menikmati kopi dan sejenak melepas lelah, panitia tanam seribu pohon
tetiba menghampiri tenda kami dan beberapa tenda di samping kanan kiri kami
kemudian meminta kami untuk bersegera pindah ke kapling yang lain dengan alasan
bahwa kapling ini sudah dibooking dari sebulan yang lalu. Oke ini benar benar
drama bertubi tubi bhak. Dari kapling atas kami akhirnya turun untuk mencari
kapling yang masih kosong ditengah ratusan tenda yang sudah berdiri, diiringi
gerimis pula.
Setelah
tenda berdiri di kapling yang semoga belum di booking ini akhirnya kami bisa
sedikit lega walaupun tetap tidak selega ketika di tenda sendiri. Oke kami
merasakan value nya disini. Awalnya saya berekspektasi semuanya akan lancar
lancar saja, kami ke camping ground, sewa tenda, tenda berdiri, ngemil jajanan,
makan pop mi, berfoto, dan sesi curhat tanpa halangan, namun setelah saya
berpikir ulang tentu jika kami tak melewati drama ini saya rasa kami tak akan
mendapatkan apa apa selain foto dan cerita kami bertiga. Kami tak akan berlama
mengobrol dengan orang baru, kami tak akan pernah tau bagaimana rasanya tak
punya tenda ketika angin kencang dan hujan, kami tak akan paham arti nikmatnya
berbagi, dan kami tak akan pernah tau bagaimana cara bertahan dalam zona yang
tak nyaman dan mungkin tak aman.
Akhirnya
pagi tiba, usai sholat subuh dan bebersih kami memutuskan untuk pamit dengan
rombongan orang baik dari Jepara. Tak tau lagi harus bagaimana cara
berterimakasih kepada mereka selain mengucapkan terimakasih tulus dan tak lupa
berfoto ! Apalah arti sebuah nama jika kebaikan mereka yang akan selalu kami
ingat. Semoga dapat bertemu dilain kesempatan ya Mas, Mbak semua hehe.
***
setelah
berpisah dengan rombongan, kami memutuskan untuk menyusuri area camping ground
sambil berfoto tentunya hehe. Nah sebenarnya, sebelum hari H, teman SMP kami
sempat memberitahu akan ada event tanan 1000 pohon dan dia ingin bergabung.
Kami baru sadar ternyata ini event yang dimaksud.
Sembari
sarapan (makan pop mi is one of the best thing that I can do in a camp)
di warung warung camping ground kami menyaksikan para peserta tanam 1000 pohon
mulai mempersiapkan bibit bibit pohon dan beramai ramai menuju ke lokasi. Dan
benar saja kami mengenali beberapa wajah yang ternyata adalah teman SMP kami
yang lainnya.
Selepas
sarapan, dan ketika hari sudah semakin siang, kami bersiap untuk pulang. Di
tengah jalan menuju tempat parkir (pas kami foto foto lagi) akhirnya kami
bertemu Munir, teman SMP kami itu. Jadilah kami ngobrol sebentar dan tak
terlewat minta tolong difotokan dan foto bersama ehe.
Es
krim menjadi penutup hari yang panjang ini, setidaknya meluruhkan sedikit rasa
lelah kami. Dari begitu banyak drama yang kami alami kali ini kami mendapat
pula banyak pengalaman berharga. Dan tentang mengenalkan alam ke si anak kecil
reny menjadi lebih bermakna ketimbang hanya berdiam diri di tenda dan merasakan
dinginnya dataran tinggi. Lebih dari itu, semuanya selalu ada value dibalik
semua drama ulala. Have a nice day !
Sincerely,
Lina Listyawati
0 komentar