Sister's Camp

by - August 03, 2017



Ungaran, 12 Februari 2017

Speechless dengan moment terdrama di awal tahun ini, semacam pindah genre, dari genre aman tentram menjadi genre yang luar biasa diluar dugaan(awal tahun baru niat nulis sekarang bhak ). Oke back to the topic, nah awal tahun lalu saya, linda dan reny adek saya pada akhirnya sepakat merealisasikan sister's camp yang sedari lama memang sudah pingin banget. Menjelang hari H sebenarnya malah jadi galau jadi ga ya jadi ga ya, karena cuaca yang kurang mendukung. Saat itu lagi musimnya angin kenceng dan beberapa kali hujan turun, namun karena ini minggu terakhir saya dan linda libur kuliah jadilah kami memantapkan diri kapan lagi yakan.

Dari beberapa pengalaman sebelumnya saya lebih prefer sewa tenda di camping ground daripada bawa dari bawah belum lagi pasangnya. Jadilah kami dengan percaya dirinya berangkat tanpa bawa tenda. Diluar dugaan yang menurut prediksi saya (anaknya sok jadi macam peramal wk) camping ground bakal sepi karena biasanya puncak ramainya ketika long weekend, kali ini saya sepakat ketika teori “biasanya” tak selamanya valid. Ada banyak sekali rombongan di camping ground Mawar, mungkin jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan karena ternyata memang sedang ada event tanam 1000 pohon.

Mulailah kami panik kalau kalau tendanya habis. Benarlah, usai kami registrasi dan menanyakan ketersediaan tenda hasilnya adalah semua tenda sudah di booking ! Nah tu ini semacam hidup segan mati tak mau, kondisi saat itu angin kencang banget pokoknya ga kebayang kalo harus balik lagi karena jalan yang akan kami lewati begitu curam belum lagi jika tetiba turun hujan.

Tak menyerah sampai disini, saya dan linda juga bertanya tempat sewa tenda selain di basecamp yang tentu dekat basecamp, hampir ada titik terang namun seketika padam lagi ketika si empunya bilang kalau tenda masih basah. Hari semakin gelap ditambah lagi dengan drama lampu padam, satu yang saya khawatirkan adalah si reny. Saya khawatir jika kesan pertama saya mengajaknya ke alam malah berkesan tidak seperti yang diharapkan, saya khawatir jika dia tak mau lagi di ajak ke alam nantinya.

Karena hampir maghrib dan kami belum tau bagaimana nasib kami nantinya hiks, mas penjaga menyarankan kami untuk sementara di salah satu ruangan basecamp yang memang diperuntukkan sebagai tempat rehat para pendaki atau pengunjung.

Usai sholat maghrib kami lalu memutuskan untuk setidaknya melepas lelah dan menyusun rencana kedepannya di ruangan basecamp. Disana kami bertemu beberapa rombongan yang tengah asik bercengkrama sambil sesekali menyesap kopi ala pendaki buatan mereka. Saya dan linda sebenarnya baik baik saja dengan keadaan demikian, namun tampaknya tidak pada si reny. Anak SD yang tampak seperti anak kuliah ini hanya diam saja semenjak kami di dalam ruangan basecamp. Karena saya merasa tak enak akhirnya saya ajak dia keluar untuk melihat pemandangan malam itu. Setelah ngobrol sebentar saya kembali mengajak dia untuk masuk karena angin yang kencang.

Di tengah obrolan saya dan linda, kami sempat bergumam masa iya dari orang sebanyak ini ga ada yang kami kenal. Pasti ada, linda meyakinkan. Dan benar saja tak lama kemudian ketika saya mengamati ke luar pintu basecamp tetiba ada mbak Septi, kakak kelas saya sewaktu SMK. Saya langsung keluar dan menyusulnya untuk menghampiri. Saya tau juga mbak Septi tak bisa banyak menolong karena Dia juga datang bersama rombongan yang tak lain juga kakak kelas saya cuma lupa namanya hehe. Kami mengobrol sebentar sebelum saya kembali lagi ke dalam basecamp.





Sedikit lega ketika saya masuk ke basecamp linda bilang kalau rombongan sebut saja mas A, (kami benar benar tak berkenalan bahkan sekedar tanya nama, obrolan begitu saja mengalir) menawarkan kepada kami untuk ikut gabung di rombongan mereka karena masih ada sisa tenda. Mereka ini asalnya dari Jepara tapi lupa daerah tepatnya hehe. Tak perlu berpikir lama kamipun mengiyakan. Dan tak lama kemudian tenda sudah berdiri di spot best sunrise. Karena di luar gerimis maka kami memasak air di dalam tenda menggunakan nesting dan kompor portable (oke ini sebenarnya tidak disarankan dan kudu tetep hati hati ya), menjerang kopi dan saling bertukar pengalaman.

Baru saja kami menikmati kopi dan sejenak melepas lelah, panitia tanam seribu pohon tetiba menghampiri tenda kami dan beberapa tenda di samping kanan kiri kami kemudian meminta kami untuk bersegera pindah ke kapling yang lain dengan alasan bahwa kapling ini sudah dibooking dari sebulan yang lalu. Oke ini benar benar drama bertubi tubi bhak. Dari kapling atas kami akhirnya turun untuk mencari kapling yang masih kosong ditengah ratusan tenda yang sudah berdiri, diiringi gerimis pula.

Setelah tenda berdiri di kapling yang semoga belum di booking ini akhirnya kami bisa sedikit lega walaupun tetap tidak selega ketika di tenda sendiri. Oke kami merasakan value nya disini. Awalnya saya berekspektasi semuanya akan lancar lancar saja, kami ke camping ground, sewa tenda, tenda berdiri, ngemil jajanan, makan pop mi, berfoto, dan sesi curhat tanpa halangan, namun setelah saya berpikir ulang tentu jika kami tak melewati drama ini saya rasa kami tak akan mendapatkan apa apa selain foto dan cerita kami bertiga. Kami tak akan berlama mengobrol dengan orang baru, kami tak akan pernah tau bagaimana rasanya tak punya tenda ketika angin kencang dan hujan, kami tak akan paham arti nikmatnya berbagi, dan kami tak akan pernah tau bagaimana cara bertahan dalam zona yang tak nyaman dan mungkin tak aman.



Akhirnya pagi tiba, usai sholat subuh dan bebersih kami memutuskan untuk pamit dengan rombongan orang baik dari Jepara. Tak tau lagi harus bagaimana cara berterimakasih kepada mereka selain mengucapkan terimakasih tulus dan tak lupa berfoto ! Apalah arti sebuah nama jika kebaikan mereka yang akan selalu kami ingat. Semoga dapat bertemu dilain kesempatan ya Mas, Mbak semua hehe.





***


setelah berpisah dengan rombongan, kami memutuskan untuk menyusuri area camping ground sambil berfoto tentunya hehe. Nah sebenarnya, sebelum hari H, teman SMP kami sempat memberitahu akan ada event tanan 1000 pohon dan dia ingin bergabung. Kami baru sadar ternyata ini event yang dimaksud.

Sembari sarapan (makan pop mi is one of the best thing that I can do in a camp) di warung warung camping ground kami menyaksikan para peserta tanam 1000 pohon mulai mempersiapkan bibit bibit pohon dan beramai ramai menuju ke lokasi. Dan benar saja kami mengenali beberapa wajah yang ternyata adalah teman SMP kami yang lainnya.







Selepas sarapan, dan ketika hari sudah semakin siang, kami bersiap untuk pulang. Di tengah jalan menuju tempat parkir (pas kami foto foto lagi) akhirnya kami bertemu Munir, teman SMP kami itu. Jadilah kami ngobrol sebentar dan tak terlewat minta tolong difotokan dan foto bersama ehe.

Es krim menjadi penutup hari yang panjang ini, setidaknya meluruhkan sedikit rasa lelah kami. Dari begitu banyak drama yang kami alami kali ini kami mendapat pula banyak pengalaman berharga. Dan tentang mengenalkan alam ke si anak kecil reny menjadi lebih bermakna ketimbang hanya berdiam diri di tenda dan merasakan dinginnya dataran tinggi. Lebih dari itu, semuanya selalu ada value dibalik semua drama ulala. Have a nice day !

Sincerely,

Lina Listyawati

You May Also Like

0 komentar