Satu Hari di Ibu Kota

by - February 21, 2016

Dua tanggal merah berturut turut di kalender sangat menggelitik bila dibiarkan begitu saja. Setelah beberapa hari berdebat dengan diri sendiri akhirnya Jakarta menjadi tujuan kali ini. Tentu saja saya tak sendiri walaupun pengen banget tapi mungkin kali lain, untuk kali ini masih butuh gandengan tapi berhubung belum punya suami yang bisa digandeng gandeng jadi sepupu aja deh yang digandeng (baper lin baper :’)), setelah kami meminta ijin orang tua masing masing akhirnya kami semakin yakin untuk berangkat, yay!.




Hari berikutnya saya mulai melirik jadwal dan harga tiket kereta api. Karena ini kali pertama kami naik kereta dan selain gabisa ke stasiun langsung untuk membeli tiket (read : malas ke stasiun) maka kami mencoba memesan tiket dengan aplikasi KAI ACCESS. Jadi dengan aplikasi itu kita bisa cek jadwal keberangkatan maupun pulang dari stasiun asal sampai stasiun tujuan, dan bahkan kita bisa milih tempat duduknya langsung loh. Untuk pembayaran bisa dilakukan maksimal 3 jam dari waktu kita booking, dan untuk mendapatkan tiketnya kita langsung bisa cetak mandiri di stasiun pas mau berangkat, tapi jangan mepet waktu keberangkatan ya.


Saya memilih jadwal berangkat pukul 19.30 dari stasiun Poncol dan tiba di stasiun Pasar Senen pukul 15.00, dengan pertimbangan karena hari sabtu saya masih on di tempat kerja sampai siang, kemudian agar jadwal sholat tidak terganggu.

Sabtu siang sekitar pukul 14.00 saya meluncur dari tempat kerja menuju ke rumah kemudian prepare dan packing singkat sampai pukul 16.00, agak resah gelisah karena hari itu turun hujan, memang ga begitu deras namun hujannya awet. Tak bisa menunggu hujan reda, saya segera menuju ke rumah Linda untuk selanjutnya berangkat ke Semarang. Setelah kami sampai terminal Ambarawa, ndilalah bus Ambarawa-Semarang sudah pada pulang, dan yang ada hanya angkutan diesel Ambarawa-Ungaran yang hari itu mereka memperpanjang trayek sampai Banyumanik. Namun rencana awal kami akan naik Bus Trans dari Ungaran yang langsung bisa sampai Stasiun Poncol. Angkutan yang beberapa kali menaik turunkan penumpang membuat kami semakin khawatir kalau kalau Bus Trans sudah tidak beroperasi karena sudah terlalu sore. Mungkin masih rejeki kami karena begitu kami sampai Terminal Ungaran masih ada Bus Trans, dan itu adalah yang terakhir ! fiuhhh legaaa.
Kami tiba di Stasiun Poncol pas waktunya sholat maghrib menuju isya. Setelah kami merampungkan kewajiban, kami segera menuju ruang tunggu untuk menunggu kereta. Setelah tiket kami diperiksa, kami menunggu di peron. Tak lama kemudian kereta datang dan Alhamdulillah delaynya ga lama lama.



Di dalam kereta, setelah kami memposisikan barang bawaan agar nyaman dan aman, kami mulai berbincang panjang lebar seperti biasanya. Mulai dari jaman TK sampai masa depan. Kami memang satu sekolah dari TK hingga SD, bahkan ketika SMK walaupun kami berbeda sekolah namun jurusan yang kami pilih tetap sama. Ketika membicarakan tentang masa kecil rasanya sudah begitu tua kami, namun belum benar benar mempunyai pencapaian yang luar biasa, mungkin ini tantangan untuk kami agar lebih mengeksplor diri kami agar lebih dibutuhkan dan bermanfaat untuk sesama. Namun kami selalu suka membicarakan masa kecil karena menurut kami masa kecil dahulu berbeda dengan sekarang. Mulai dari jenis permainan, jajanan, lagu lagu hingga acara di televisi semuanya beragam dan memang sesuai dengan porsi anak kecil dulu. Kenapa sekarang berubah jauh dan porsinya cenderung melengceng? Itu adalah PR kita bersama. Di kereta memang meninggalkan banyak cerita, disini pula kami akhirnya memukan nama untuk project kami, bertukar pikiran dan mengenal orang baru.

Ketika waktu menunjukkan tengah malam, saya memaksa diri saya untuk setidaknya memejamkan mata dan mencoba tidur. Saya harus tidur buat menambah cadangan tenaga atau setidaknya menghemat tenaga untuk berpetualang menyusuri Ibu Kota besok.

Kereta tiba di Pasar Senen pukul 03.00 lebih beberapa menit, tak jauh dari jadwal sebenarnya. Plan pertama, kami akan dijemput teman saya Akbar yang sekarang berdomisili di Bogor, namun beberapa hari sebelum berangkat ternyata keluarganya yang dari Semarang juga ke Bogor jadi mau tak mau kami mengganti rencana awal. Akhirnya kami dijemput Luqman, teman si Linda. Sempat rada galau karena pas kami sampai, si Luqman ga bisa dihubungi. Setelah sholat subuh di Masjid stasiun, kami mencoba menghubungi Luqman lagi dan bisa! Ternyata HP nya mati dan memang dia belum bangun sepagi itu. Dari kos an nya di Sunter, dia menjemput kami dan mengijinkan kami untuk bersih bersih dan menaruh barang bawaan selama bepergian di Kos nya.


Dufan menjadi tujuan utama kita. Namun pagi itu nampaknya tak bersahabat dengan kami, sempat turun hujan beberapa kali namun cepat reda dan semakin siang Alhamdulllah semakin cerah. Dari kos Luqman kami naik Busway dengan transit dan harus beberapa kali menyusuri jembatan Busway.



Jam 09.00 kami tba di gerbang Ancol. Melihat suasana di depan Dufan yang walaupun gerbangnya belum dibuka namun yang menunggu sudah jutaan umat. Dan karena pas itu cuacanya agak mendung, kami jad berpikir dua, tiga kali untuk ke Dufan. Akhirnya kami memutuskan untuk ke Sea World. Beberapa saat sebelum kami tiba di Sea World, tenyata Akbar dan keluarganya juga telah disana. Namun kami tdak bertemu karena ketika kami tiba mereka sudah ke tempat lain. Akhirnya kami trio kwek kwek mengintari Sea World sambil mengabadikan momen di sudut sudut yang photoable.





Menjelang tengah hari, rasa lapar mulai membujuk kami untuk segera makan siang, kebetulan di area Sea Word ada food court yang bisa dibilang murah banget untuk di Jakarta. Sepaket nasi ayam teryaki+baso goreng ditambah minum hanya 19 ribuan loh, bahagianyaaa ...

Setelah tenaga bertambah, dengan semangat didukung cuaca yang semringah kami menuju Pantai Ancol. Foto di sana sini, main main fasilitas yang ada di tepi pantai, sampai menyusuri jembatan FTV yang sangat sayang untuk dilewatkan cekrekannya.







Setelah puas berkeliling di Pantai, akhirnya dengan naik Wara Wiri kami menuju ke Pasar Seni. Disanalah surganya para seniman dan pecinta seni disatukan, ceilah. Banyak spot foto yang asik seru, tapi karena semangat kita udah agak turun dan mulai lapar lagi akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Kos karena memang sudah menjelang sore.

Perjalan kembali ke gerbang utama atau ke halte Busway ternyata tak sedekat dan semudah yang kami kira. Gegara gegayaan ga naik Wara Wiri atau lebih tepatnya ga sabaran nunggu Wara Wiri lewat, kami memutuskan untuk berjalan kaki karena perkiraan kami, gerbang utama dan posisi kami dekat. Ternyata setelah beberapa kali berbelok, melewati bertigaan, perempatan bahkan sampai kami nemu pantai lagi dan akhirnya muterin Dufan, akhirnya kita nemu gerbang utama. Capek, haus, pegel pegel tapi geli sama diri sendiri yang bikin ini bakal jadi perjalanan yang gabisa dilupain.





Dengan sisa tenaga kami yang sudah nyaris terkuras habis buat muterin Ancol, kami masih bertahan berdiri di Busway menuju Sunter. Sedikit lelah terobati ketika di Busway ada penumpang dedek bayi lucu gendut yang bikin gemeees dan pengen bawa pulang haha.

Sampai di Kos, yang awalnya ga pengen mandi mendadak jadi berasa ngidam mandi, saking panasnya kita habis jalan jauuuh dan keringet yang bikin badan lengket semua. Setelah mandi, teman si Linda, Novian yang awalnya pengen ikutan kita main tapi gajadi karena kelewat ada acara sama temen temennya, akhirnya nyamperin kita di Kos si Luqman sambil dengan baiknya bawain cemilan dan minuman anget, karena pas kita sampe Kosan , turun hujan lagi.

Sehabis Isya setelah kita ngobrol sambil mereka melepas rindu, kami mulai siap – siap menuju ke Pasar Senen, karena katanya si Akbar yang mau ikut nganter + yang dititipin lapis talas juga udah berangkat habis maghrib dari Bogor. Selama perjalanan dari Kos ke stasiun, di Busway sempet ada momen mendebarkan sekaligus geli. Dimana si Linda ngerasa ada orang yang ngeliatin dia terus pas pegang HP dan pas mau masukin ke tas, merasa ga aman Hpnya langsung dikasi ke saya, giliran saya yang jadi merasa was-was. Kami menutupi rasa was – was dengan tetap ngobrol dan bercanda namun tetap sebisa mungkin menjaga barang barang berharga agar tetap aman. Ketika sampai halte yang kami tuju dan mengetahui orang yang sedari tadi mengawasi kami tidak ikut turun, akhirnya legaaa karena mungkin saja itu hanya perasaan kami saja, namun tak ada salahnya jika kita tetap waspada apalagi ketika berada di tempat yang asing.




Sesampainya di stasiun sekitar pukul 20.00, Akbar belum juga datang dan tenyata dia salah jalan dan malah ke stasiun Jatinegara -_-, setelah hampir satu jam akhirnya dia sampai dengan membawa titipaan dengan tak sedikit perjuangan yaay!. Jadwal kereta kami pukul 23.00. ini mungkin menjadi perjalanan yang bisa dibilang sangat melelahkan karena pukul tiga dinihari kita sampai dan malamnya sudah harus pulang. Sebenarnya pengen juga sih lebih lama lagi, tapi setelah dipikir pikir kalau disana lebih lama lagi maka capeknya juga akan lebih lebih lagi karena ga mungkin kita akan berdiam diri :’D. Tapi semua rasa capek yang dirasakan seakan terbayar lunas dengan semuanya..



Di kereta ketika perjalanan pulang, tempat duduk kami berhadapan dengan Miss Ana dan suaminya yang ternyata juga orang Semarang. Dengan merekalah kami membahas banyak hal menarik yang mungkin kali lain akan saya ceritakan jika penyakit malas saya tidak kambuh lagi hihi.

Terimaksih buat Luqman yang udah jadi korban buat nemenin kesana kemari dan nampung kami di kos, Akbar dan Novian yang udah mastiin kita selamat sampai dalem kereta, terimakasih juga buat Linda yang udah mau kugandeng kesana kemari, semoga perjalanan ini berkah dan berlanjut ke tempat yang lain.


Semoga perjalanan ini menjadi awal banyak perjalanan yang menunggu di depan sana, entah kapan namun pasti akan saya hampiri. Ketika suatu perjalanan bukan hanya melulu soal berpindah tempat, namun juga bagaimana menciptakan sebuah cerita di tempat itu bersama dengan orang baru dengan berbagai macam karakternya.

Best Regard,
Lina Listyawati


You May Also Like

0 komentar