Satu Hari di Ibu Kota
Dua tanggal merah
berturut turut di kalender sangat menggelitik bila dibiarkan begitu
saja. Setelah beberapa hari berdebat dengan diri sendiri akhirnya
Jakarta menjadi tujuan kali ini. Tentu saja saya tak sendiri walaupun
pengen banget tapi mungkin kali lain, untuk kali ini masih butuh
gandengan tapi berhubung belum punya suami yang bisa digandeng
gandeng jadi sepupu aja deh yang digandeng (baper lin baper :’)),
setelah kami meminta ijin orang tua masing masing akhirnya kami
semakin yakin untuk berangkat, yay!.
Hari berikutnya saya
mulai melirik jadwal dan harga tiket kereta api. Karena ini kali
pertama kami naik kereta dan selain gabisa ke stasiun langsung untuk
membeli tiket (read : malas ke stasiun) maka kami mencoba memesan
tiket dengan aplikasi KAI ACCESS. Jadi dengan aplikasi itu kita bisa
cek jadwal keberangkatan maupun pulang dari stasiun asal sampai
stasiun tujuan, dan bahkan kita bisa milih tempat duduknya langsung
loh. Untuk pembayaran bisa dilakukan maksimal 3 jam dari waktu kita
booking, dan untuk mendapatkan tiketnya kita langsung bisa cetak
mandiri di stasiun pas mau berangkat, tapi jangan mepet waktu
keberangkatan ya.
Saya memilih jadwal
berangkat pukul 19.30 dari stasiun Poncol dan tiba di stasiun Pasar
Senen pukul 15.00, dengan pertimbangan karena hari sabtu saya masih
on di tempat kerja sampai siang, kemudian agar jadwal sholat tidak
terganggu.
Sabtu siang sekitar pukul
14.00 saya meluncur dari tempat kerja menuju ke rumah kemudian
prepare dan packing singkat sampai pukul 16.00, agak resah gelisah
karena hari itu turun hujan, memang ga begitu deras namun hujannya
awet. Tak bisa menunggu hujan reda, saya segera menuju ke rumah Linda
untuk selanjutnya berangkat ke Semarang. Setelah kami sampai terminal
Ambarawa, ndilalah bus Ambarawa-Semarang sudah pada pulang, dan yang
ada hanya angkutan diesel Ambarawa-Ungaran yang hari itu mereka
memperpanjang trayek sampai Banyumanik. Namun rencana awal kami akan
naik Bus Trans dari Ungaran yang langsung bisa sampai Stasiun Poncol.
Angkutan yang beberapa kali menaik turunkan penumpang membuat kami
semakin khawatir kalau kalau Bus Trans sudah tidak beroperasi karena
sudah terlalu sore. Mungkin masih rejeki kami karena begitu kami
sampai Terminal Ungaran masih ada Bus Trans, dan itu adalah yang
terakhir ! fiuhhh legaaa.
Kami tiba di Stasiun
Poncol pas waktunya sholat maghrib menuju isya. Setelah kami
merampungkan kewajiban, kami segera menuju ruang tunggu untuk
menunggu kereta. Setelah tiket kami diperiksa, kami menunggu di
peron. Tak lama kemudian kereta datang dan Alhamdulillah delaynya ga
lama lama.
Di dalam kereta, setelah
kami memposisikan barang bawaan agar nyaman dan aman, kami mulai
berbincang panjang lebar seperti biasanya. Mulai dari jaman TK sampai
masa depan. Kami memang satu sekolah dari TK hingga SD, bahkan ketika
SMK walaupun kami berbeda sekolah namun jurusan yang kami pilih tetap
sama. Ketika membicarakan tentang masa kecil rasanya sudah begitu tua
kami, namun belum benar benar mempunyai pencapaian yang luar biasa,
mungkin ini tantangan untuk kami agar lebih mengeksplor diri kami
agar lebih dibutuhkan dan bermanfaat untuk sesama. Namun kami selalu
suka membicarakan masa kecil karena menurut kami masa kecil dahulu
berbeda dengan sekarang. Mulai dari jenis permainan, jajanan, lagu
lagu hingga acara di televisi semuanya beragam dan memang sesuai
dengan porsi anak kecil dulu. Kenapa sekarang berubah jauh dan
porsinya cenderung melengceng? Itu adalah PR kita bersama. Di kereta
memang meninggalkan banyak cerita, disini pula kami akhirnya memukan
nama untuk project kami, bertukar pikiran dan mengenal orang baru.
Ketika waktu menunjukkan
tengah malam, saya memaksa diri saya untuk setidaknya memejamkan mata
dan mencoba tidur. Saya harus tidur buat menambah cadangan tenaga
atau setidaknya menghemat tenaga untuk berpetualang menyusuri Ibu
Kota besok.
Kereta tiba di Pasar
Senen pukul 03.00 lebih beberapa menit, tak jauh dari jadwal
sebenarnya. Plan pertama, kami akan dijemput teman saya Akbar yang
sekarang berdomisili di Bogor, namun beberapa hari sebelum berangkat
ternyata keluarganya yang dari Semarang juga ke Bogor jadi mau tak
mau kami mengganti rencana awal. Akhirnya kami dijemput Luqman, teman
si Linda. Sempat rada galau karena pas kami sampai, si Luqman ga bisa
dihubungi. Setelah sholat subuh di Masjid stasiun, kami mencoba
menghubungi Luqman lagi dan bisa! Ternyata HP nya mati dan memang dia
belum bangun sepagi itu. Dari kos an nya di Sunter, dia menjemput
kami dan mengijinkan kami untuk bersih bersih dan menaruh barang
bawaan selama bepergian di Kos nya.
Dufan menjadi tujuan utama kita. Namun pagi itu nampaknya tak bersahabat dengan kami, sempat turun hujan beberapa kali namun cepat reda dan semakin siang Alhamdulllah semakin cerah. Dari kos Luqman kami naik Busway dengan transit dan harus beberapa kali menyusuri jembatan Busway.
Jam 09.00 kami tba di
gerbang Ancol. Melihat suasana di depan Dufan yang walaupun
gerbangnya belum dibuka namun yang menunggu sudah jutaan umat. Dan
karena pas itu cuacanya agak mendung, kami jad berpikir dua, tiga
kali untuk ke Dufan. Akhirnya kami memutuskan untuk ke Sea World.
Beberapa saat sebelum kami tiba di Sea World, tenyata Akbar dan
keluarganya juga telah disana. Namun kami tdak bertemu karena ketika
kami tiba mereka sudah ke tempat lain. Akhirnya kami trio kwek kwek
mengintari Sea World sambil mengabadikan momen di sudut sudut yang
photoable.
Menjelang tengah hari,
rasa lapar mulai membujuk kami untuk segera makan siang, kebetulan di
area Sea Word ada food court yang bisa dibilang murah banget untuk di
Jakarta. Sepaket nasi ayam teryaki+baso goreng ditambah minum hanya
19 ribuan loh, bahagianyaaa ...
Setelah tenaga bertambah,
dengan semangat didukung cuaca yang semringah kami menuju Pantai
Ancol. Foto di sana sini, main main fasilitas yang ada di tepi
pantai, sampai menyusuri jembatan FTV yang sangat sayang untuk
dilewatkan cekrekannya.
Setelah puas berkeliling
di Pantai, akhirnya dengan naik Wara Wiri kami menuju ke Pasar Seni.
Disanalah surganya para seniman dan pecinta seni disatukan, ceilah.
Banyak spot foto yang asik seru, tapi karena semangat kita udah agak
turun dan mulai lapar lagi akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke
Kos karena memang sudah menjelang sore.
Perjalan kembali ke
gerbang utama atau ke halte Busway ternyata tak sedekat dan semudah
yang kami kira. Gegara gegayaan ga naik Wara Wiri atau lebih tepatnya
ga sabaran nunggu Wara Wiri lewat, kami memutuskan untuk berjalan
kaki karena perkiraan kami, gerbang utama dan posisi kami dekat.
Ternyata setelah beberapa kali berbelok, melewati bertigaan,
perempatan bahkan sampai kami nemu pantai lagi dan akhirnya muterin
Dufan, akhirnya kita nemu gerbang utama. Capek, haus, pegel pegel
tapi geli sama diri sendiri yang bikin ini bakal jadi perjalanan yang
gabisa dilupain.
Dengan sisa tenaga kami
yang sudah nyaris terkuras habis buat muterin Ancol, kami masih
bertahan berdiri di Busway menuju Sunter. Sedikit lelah terobati
ketika di Busway ada penumpang dedek bayi lucu gendut yang bikin
gemeees dan pengen bawa pulang haha.
Sampai di Kos, yang
awalnya ga pengen mandi mendadak jadi berasa ngidam mandi, saking
panasnya kita habis jalan jauuuh dan keringet yang bikin badan
lengket semua. Setelah mandi, teman si Linda, Novian yang awalnya
pengen ikutan kita main tapi gajadi karena kelewat ada acara sama
temen temennya, akhirnya nyamperin kita di Kos si Luqman sambil
dengan baiknya bawain cemilan dan minuman anget, karena pas kita
sampe Kosan , turun hujan lagi.
Sehabis Isya setelah kita
ngobrol sambil mereka melepas rindu, kami mulai siap – siap menuju
ke Pasar Senen, karena katanya si Akbar yang mau ikut nganter + yang
dititipin lapis talas juga udah berangkat habis maghrib dari Bogor.
Selama perjalanan dari Kos ke stasiun, di Busway sempet ada momen
mendebarkan sekaligus geli. Dimana si Linda ngerasa ada orang yang
ngeliatin dia terus pas pegang HP dan pas mau masukin ke tas, merasa
ga aman Hpnya langsung dikasi ke saya, giliran saya yang jadi merasa
was-was. Kami menutupi rasa was – was dengan tetap ngobrol dan
bercanda namun tetap sebisa mungkin menjaga barang barang berharga
agar tetap aman. Ketika sampai halte yang kami tuju dan mengetahui
orang yang sedari tadi mengawasi kami tidak ikut turun, akhirnya
legaaa karena mungkin saja itu hanya perasaan kami saja, namun tak
ada salahnya jika kita tetap waspada apalagi ketika berada di tempat
yang asing.
Sesampainya di stasiun
sekitar pukul 20.00, Akbar belum juga datang dan tenyata dia salah
jalan dan malah ke stasiun Jatinegara -_-, setelah hampir satu jam
akhirnya dia sampai dengan membawa titipaan dengan tak sedikit
perjuangan yaay!. Jadwal kereta kami pukul 23.00. ini mungkin menjadi
perjalanan yang bisa dibilang sangat melelahkan karena pukul tiga
dinihari kita sampai dan malamnya sudah harus pulang. Sebenarnya
pengen juga sih lebih lama lagi, tapi setelah dipikir pikir kalau
disana lebih lama lagi maka capeknya juga akan lebih lebih lagi
karena ga mungkin kita akan berdiam diri :’D. Tapi semua rasa capek
yang dirasakan seakan terbayar lunas dengan semuanya..
Di kereta ketika
perjalanan pulang, tempat duduk kami berhadapan dengan Miss Ana dan
suaminya yang ternyata juga orang Semarang. Dengan merekalah kami
membahas banyak hal menarik yang mungkin kali lain akan saya
ceritakan jika penyakit malas saya tidak kambuh lagi hihi.
Terimaksih
buat Luqman yang udah jadi korban buat nemenin kesana kemari dan nampung
kami di kos, Akbar dan Novian yang udah mastiin kita selamat sampai
dalem kereta, terimakasih juga buat Linda yang udah mau kugandeng
kesana kemari, semoga perjalanan ini berkah dan berlanjut ke tempat
yang lain.
Semoga perjalanan ini
menjadi awal banyak perjalanan yang menunggu di depan sana, entah
kapan namun pasti akan saya hampiri. Ketika suatu perjalanan bukan
hanya melulu soal berpindah tempat, namun juga bagaimana menciptakan
sebuah cerita di tempat itu bersama dengan orang baru dengan berbagai
macam karakternya.
Best Regard,
Lina Listyawati
Best Regard,
Lina Listyawati
0 komentar