Naik Naik ke Kawah Ijen
Ijen, 18 Agustus 2018
Dari yang awalnya janjian akan di
jemput pukul 22.30 di Stasiun Karangasem akhirnya kami minta dijemput di
homestay dan jam nya juga akhirnya mundur. Baguslah karena itu kami sempat
mencari amunisi sebelum tracking ke Kawah Ijen. Kali ini kami menggunakan jasa
open trip dari Nuartha Tour yang ternyata kerjasama sama Tour Banyuwangi.
Hampir tengah malam ketika kami
jalan cari makan. Sebelum sampai di homestay tadi sempet ada warung sate yang
berasa ngawe awe banget dan rasanya ga jauh dari rumah, tapi ternyata lumayan
jauh. Jadilah kita melipir dalam hati oke apa aja lah yang penting cukup untuk
naik turun ijen nanti. Tak lama kemudian kami lewat di depan sebuah warung yang
barusaja gerbangnya ditutup oleh mbak2 penjualnya, tutup. Tapi si embak tetep
tanya ke kita “mau cari apa mbak”, sambil kita lihat2 tulisan menu eh si kunthi
dah jawab dengan wajah innocent ala oneng “mau cari sate mbak”, kita bingung.
Mbaknya bingung, kunthi juga ikutan bingung. Kita semua bingung dong ya di menu
yang terpasang ga ada sate dan plis ini tengah malem jadi keinget adegan mbak2
beli sate seratus tusuk itu ga sih bhay
Akhirnya kami dipersilahkan masuk
kemudian dibuatkan makanan yang lumayan lama tapi karena kami tergiur jajan
tempura2an sosis jaman SD gitu menunggupun tak jadi masalah, anaknya gampang
terhibur sama makanan. Setelah sosis2an habis akhirnya menu kami datang,
namanya nasi Tampong. Isinya ada sayur rebus macam pecel gitu tapi pakai sambel
lamongan plus lauk lele atau telur dadar, beuuuhh mantapp. Tapi karena makannya
pas malam hari dan tadi udah diduluin sama jajan juga porsinya yang lumayan
banyak jadinya ga habis, yang bersih tuntas cuma punya Dilla kayaknya juarakk. harga nasi Tampong dengan lauk telur dadar dan teh manis hangat adalah 15 ribuuu.
Tak lama kemudian, pihak Tour info
kalau akan segera menjemput di tempat kami makan. Usai berhitung, bayar
membayar akhirnya mobil jemputan datang dan kami pamit. Beruntung nya kami
malah diberi bekal roti sagu (kayaknya ini khas di banyuwangi sih) sama buibu
yang jualan, huaa makin terharu buibunya baik sekaliiiii.
Kami di sambut sama Tour Guide,
namanya mas Dedik, lalu kami naik ke mobil yang ternyata di dalam mobil sudah
ada serombongan mbak2 yang terdiri dari 3 orang. Jadi rombongan Tour kali ini
adalah 11 orang (biasanya bisa diisi sampai 12 orang). Kami memilih tempat
duduk di bagian belakang. Mobil mulai melaju untuk menjemput satu rombongn
lagi. Ternyata rombongan ini sekeluarga, 1 anak, bapak, dan ibu. Setelah
rombongan komplit kami langsung menuju ke Base camp pendakian Gunung (Kawah)
Ijen.
Beberapa hari sebelum keberangkatan
sempet tanya2 ke mbak Emma yang sebelumnya udah pernah kesana. Katanya Track ke
Ijen lumayan berat karena medannya yang nanjak berkelanjutan. Hmm oke baiklah
ini semacam tantangan buat saya yang entah kapan terakhir bener2 bener
olahraganya. Beberapa hari sebelum keberangkatan cuma sempet senam senam aja
dan itupun masih berasa berat kalau ngangkat tangan sendiri hadeuuhh. PR banget
kalo mau nanjak nanjak kudu banyakin latian olahraga biar napasnya oke ga
pendek2.
Sebelum jam 2 dini hari kami telah
sampai di basecamp pendakian, kami di briefing sebentar oleh mas Dedik lalu
kami mencari toilet setelah itu. FYI ternyata toilet di basecamp yang “bener”
cuma 1 dan pas dini hari itu kita ga ditunjukkan ke toilet itu. Kami diarahkan
ke toilet yang saya rasa belum jadi, hanya ada ruangan sama lubang untuk
jamban, (belum ada jambannya lho ini, cuma lubangnya aja), daan TANPA PINTU,
bhay. Hanya ada selembar tripleks yang sepertinya memang disediakan untuk
menutup sebagai ganti pintu. Sebenarnya saya pingin buang air kecil tapi
setelah tau begitu keadaannya saya urungkan niat, dalam hati berdoa semoga bisa
tahan sampai besok :’ . si Puma adalah salah seorang yang berhasil buang air
dengan berbekal air mineral botol dan tisue basah. Oiya toilet itu juga belum
ada bak air, bener bener kosongan. Mungkin jika temen2 akan kesana 1 / 2 bulan
lagi toiletnya udah bener dan beres.
Dini hari itu disana tampak sudah
ramai sekali rombongan2 orang yang akan mendaki, mulai dari pengunjung lokal
maupun turis dari manca negara. Usai dari toilet kami menunggu mas Dedik yang
sedang mengurus tiket masuk. 15 menit berlalu ini orang belum nampak, hampir
setengah jam dan kami sudah gemas menunggu, rasanya pengen ndang jalan
karena memang udara yang mulai menusuk2 membuat kami ingin segera bergerak.
Namun mas Dedik belum juga muncul padahal rombongan lain sudah banyak yang
mulai bergerak. Beberapa saat kemudian ia muncul untuk menginfokan bahwa
antrian tiketingnya cukup panjang, kami diminta menunggu beberapa saat lagi.
Sekitar pukul 2.20 kami akhirnya
mulai berjalan, setelah entah kapan kali terakhir saya nanjak nanjak hari itu
saya rada deg degan gajelas haha. Trecking kali ini saya hanya membawa sling
bag yang saya isi dengan sekaleng Pocari Sweat, sebungkus cokelat, kamera
pocket, handphone, Minyak Angin, dan dompet.
Mula- mula jalur yang kami lalui
landai hingga berangsur angsur makin lama semakin menanjak. Mungkin untuk yanag
sudah terbiasa berolah raga atau lari, trek ini mudah2 saja. Jalannya berupa
tanah, sangat jarang berupa batu2an. Karena jalan yang rata aka tanpa bebatuan
itulah malah sedikit menyulitkan karena ketika berhenti berasa oleng haha, beda
lagi kalo ada yang digandeng bhahak, eits jangan salah saya punya gandengan
dong sepanjang perjalanan saya bergantian gandengan dengan kunthi atau april
ini bener2 hampir sampe atas kita gandengan terus haha karena memang segitu ga
terjalnya jalur.
FYI untuk yang pingin mendaki tapi
ingin berhemat tenaga, di jalur pendakian ini ada jasa taksi aka gerobak.
Pengunjung bisa menggunakan jasa ini dengan meraup kocek seharga 300k, ini dari
pengamatan saya lho untuk pastinya silahkan tektokan sendiri hahay. Tapi walau
begitu ketika lihat bapak2 yang ngojek gerobak ini tetep aja rasanya ga sampe
hati saya bawa diri naik aja sudah berat apalagi bawa orang huaaa.
Dini hari itu langit benar benar
cerah dan bebintangan begitu banyaknya pengobat lelah lah , sedikit. Ada sekita
7 pos sebelum akhirnya sampai puncak. Kami berhenti sebentar di pos 5 (kalo ga
salah) yang ada warung dan toilet untuk buang air. Ini saya sempet nyesel sih
kenapa ga ikutan antre alhasil ngempet sampe siang ck. Sebelum subnuh kami
akhirnya sampai si puncak. Masih gelap gulita hanya terlihat kabut2 dan angin
yang bertiup lumayan kencang.
Saya dan kunthi sempat terpisah
dengan 3 orang lainnya. Lalu kami mencoba mencari mereka menuju jalur turun
dimana kita dapat melihat Blue Fire si Primadona itu, tapi melihat medan yang
menurut kami sulut, bener2 tanah batu dan berpasih begitu lah pokoknya kami
sempet turun dan terpeleset2 pasir lalu akhirnya kami mengurungkan niat. Cupu.
Sebagai alternatif lain sebenernya
bisa lihat sunrise di tempat yang lebih tinggi namun kami memilih kembali ke
gazebo untuk sholat dan akhirnya ketemu sama April, Dilla, Puma. Dari rombongan
tour kita yang berhasil lihat Blue Fire cuma Keluarga mbak Dita. Ah memenag
kewl sekaliiiii. Tapi apa daya wes dari pada kenapa2 lihat dari yutup aja.
Matahari semakin naik tapi angin tetep konsisten kencang dan udara dingin. kami akirnya memutuskan untuk turun. kebayang gimana nanjaknya ketika berangkat maka ketika turun siap siap lutut jadi tumpuan. kami disambut pemandangan yang luar biasa ketika turun, gegunungan, pepohonan ah hijau segar sekali.
Karena saya dan salah seorang teman bener2 udah kebelet jadi entah gimana caranya kami berasa cepet banget turunnya, sampai di pos 5 niat hati ingin melepaskan segala beban yang ada, e toilet antri dan ternyata TAK ADA AIR. BHAY. oke kami melanjutkan tanpa jadi melepaskan beban, turun sambil menahan tu rasanya emm.. sampai akhirnya karena seorang teman saya ini , yang namanya tak ingin saya sebut, saking ga sanggup lagi menahan beban kami akhirnya melipir ke salah satu toilet yang ada di jalur pendakian, namun ternyata toilet itu DIKUNCI. dengan kekuatan gamau menunda lagi akirnya si mawar membulatkan tekat untuk gali lubang tutup lubang dengan berbekal sebotol air mineral. oke bhay. dia meninggalkan kenangan disini.
Karena saya dan salah seorang teman bener2 udah kebelet jadi entah gimana caranya kami berasa cepet banget turunnya, sampai di pos 5 niat hati ingin melepaskan segala beban yang ada, e toilet antri dan ternyata TAK ADA AIR. BHAY. oke kami melanjutkan tanpa jadi melepaskan beban, turun sambil menahan tu rasanya emm.. sampai akhirnya karena seorang teman saya ini , yang namanya tak ingin saya sebut, saking ga sanggup lagi menahan beban kami akhirnya melipir ke salah satu toilet yang ada di jalur pendakian, namun ternyata toilet itu DIKUNCI. dengan kekuatan gamau menunda lagi akirnya si mawar membulatkan tekat untuk gali lubang tutup lubang dengan berbekal sebotol air mineral. oke bhay. dia meninggalkan kenangan disini.
akhirnya sampai juga di basecamp, saya akirnya berburu toilet, ADA! namun antrinya warbyasaaaahh. udah ga ngerti lagi gimana akhirnya saya kembali juga ke toilet semalam hiks. oke dari segala keindahan di Ijen, satu satunya hal yang membuat galau dan risau adalah ketidak adanya toilet BERSIH dan air yang cukup. Namun mungkin ini sedang dalam perbaikan , semoga makin bags dan bersih deh toiletnya jadi makin nyamannnnn.
Setelah membuang segala beban, saya dan mawar menyempatkan diri membeli makan sambil menunggu rombongan yang lain datang. Tak lama kemudian ternyata mereka telah sampai di mobil, lalu kami melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya.... (to be continue)
Regards,
Lina
0 komentar