Menuju Banyuwangi

by - August 22, 2018


Semarang-Surabaya, 17 Agustus 2018

Seperti tahun lalu, tahun ini saya dan Dilla kembali melakukan sebuah perjalanan, namun kali ini kita ga Cuma berdua (walau tahun lalu kita akhirnya juga berempat si haha), kali ini kita #jalanberlima yay. Saya, Dilla, Kunthi, dan Puma berangkat dari stasiun Tawang Semarang dan April berangkat dari stasiun Solo. Kami akan bertemu di Surabaya nantinya.

Kereta kami berangkat pukul 08.11 WIB dari Stasiun Tawang Semarang dan tiba di Stasiun Pasar Turi sekitar pukul 12.30an, lebih cepat beberapa menit dari jadwal. Seperti biasa, selalu senang naik Ambarawa Express, kereta yang bersih cakep tapi ramah di dompet. April sudah lebih dulu tiba di stasiun Gubeng Baru Surabaya karena memang jadwal yang lebih pagi dan jarak Solo-Sub lebih dekat.

Usai sholat dhuhur di mushola peron, kami bergegas ke Stasiun Gubeng Baru untuk melanjutkan perjalanan. Kereta kami selanjtnya berangkat pukul 14.00, masih ada waktu sekitar 1 jam untuk menuju Stasiun Gubeng Baru dan makan siang.

Pukul setengah dua, setelah print e ticket akhirnya kami bertemu April di foodcourt stasiun. Bergegas membeli makan siang, ketika akan menyuap makanan terdengar informasi “Kereta Sri Tanjung dengan tujuan Stasiun Karangasem akan berangkat beberapa saat lagi….” Oke, diam sejenak, sambil mengingat2. Kami akan naik kereta Sri Tanjung, dan tujuan kami adalah Stasiun Karangasem Banyuwangi, tapi ini masih setengah jam lagi dari jadwal kok udah mau berangkat, makan siangnya boro boro habis, sesendokpun baru otw lho eh mana April masih di toilet pula rada gelisah tapi kok... Setelah saling lempar pandangan , dengan gesit Dilla lalu berkata “tiket mana tiket..” lalu lari ke sumber suara..

Suasana lengang, melanjutkan makan siang dengan tetep deg2an “kalo ketinggalan kereta kan ga lucu ya pie iki” tapi tetep sok santai, sampai akhirnya Dilla kembali dengan sumringah oke ini cukup melegakan walau belum tau bagaimana penjelasannya. “ gimana dil? Itu kereta kita?”, “tadi kan aku kesana terus bilang ke bapaknya, lo pak ini ga bisa ditunda keberangkatannya?” (rada geli sih kalo dipikir2 mana mungkin bisa ditunda gitu ya mang siapa ente bhahak) “gabisa mbak, lha mbak mau kemana”, “ke karangasem pak tapi jadwalnya jam 14.00 kok ini dah berangkat,” “oo itu beda mbak belum datang keretanya”.. fiuuuuh oke lanjut makan dengan tenang sampai jam duaa~

Ini kali pertama saya ke Stasiun Gubeng, jauh lebih besar dan adem banget daripada Pasar Turi. Akhirnya Sri Tanjung kami datang dan perjalanan cukup panjang akan dimulai. Kami akan di kereta dari pukul 14.00 sampai 20.34 WIB. Terasa lama karena kami di kereta dari matahari masih merekah hingga terlelap. Dari perut Kenyang hingga keroncongan lalu tergoda pop mie yang sedari tadi wara wiri. Sempet dengar pembicaraan mas2 pramusaji dengan salah seorang penumpang yang beli pop mie “duapuluh ribu mbak”. Sontak kami saling berdiskusi tipis2.. KOK MAHAL ahh. Oke kami urungkan niat. Sampai beberapa menit kemudian muncul anak kecil lewat dan membawa pop mie rubuhlah benteng pertahanan .

Oke ayok beli kalo harganya sepulu ribu, kunthi yang wajah innocent macem oneng bajaj bajuri yang kelaparan menawarkan diri untuk tektokan sama mas2 buat kasih harga sepuluh ribu. “mas pop mie berapa?” “ sepuluh ribu mbak”, “SEPULUH RIBUU (baca ini dengan intonasi naik turun zoom in zoom out)” kata kunthi , kira2 apa yang ada di benak mas2 pramusaji pas kunthi bilang gitu? “ kurang murah apa kurang mahal nih mbak?” mungkin begitu wkwk. Deal kami akirnya menyantap popmie yang memang harganya sepulu ribu bukan dua puluh ribu itu, nomnomnom~

Masih ada beberapa jam lagi sebelum sampai di Stasiun Karangasem Banyuwangi, setelah beberapa kali tidur-bangun-nyemil-ketawa and repeat, akhirnya saya memutuskan untuk cari suasana baru dengan menonton film Little Forest yang Japan Version, perbekalan dari Linda Sunbae. Baru nonton dikit udah kerasa banget adem ayem tentremnya gitu lumayan sedikit menjadikan waktu menunggu jadi berkesan *ah elah

Oiya untuk penginapan selama di Banyuwangi jauh jauh hari Dilla sudah membooking slot di Rumah Singgah Backpacker yang kalau di search di google bakalan muncul kata-kata “GRATIS” disertakan kontak atas nama mas Rahmat. Jujur saya tidak banyak berekspektasi, sejauh ini yang penting bisa naruh barang2 dan tidur, balada plesir ala backpacker semua muanya yang penting harga ramah di dompet aja.

Tak lama kemudian kami telah sampai di Stasiun Karangasem. Dari informasi mas Rahmat, Rumah Singgah persis ada di seberang pintu keluar stasiun. Terlihat banyak rombongan backpacker lain di sekitar sana. Kami menuju ke basecamp Rumah Singgah lalu bertemu dengan mas Ramat dan beberapa rekannya yang ternyata dari tadi nyariin rombongan kita tapi salah sebut nama.

 Nah disinilah terjadi campur tangan Rabb yang entah gimana caranya terjadi misskomunikasi yang jusru menguntungkan kami. Menurut asumsi kami mas Rahmat salah atur jadwal atau gimana saya juga gatau kenapa bisa begitu, pada akhirnya kami di antar ke sebuah home stay yang lumayan jauh dari basecamp dengan mobil . sampai disana kami dibukakan rumah, beneran rumah lengkap dengan segala perkakas siap pakai. Jujur dalam hati saya ngerasa kok kayaknya ini ga mungkin kalo gratis deh, kalopun gratis kok rasanya tetep ga enak hati gitu, apa jangan jangan.. ah sudahlah.


Kami sempat Tanya dengan mas2 yang mengantar kami gimana nantinya, maksudnya masalah pembayaran dan lain2 dia bilang supaya kami langsung bilang ke mas Rahmat saja. Sebelumnya di perjalanan kami sempat ngobrol kalau mas Rahmat itu memang orangnya baik, udah terkenal kemana mana kebaikannya gitulah pokoknya. Usai kunci rumah diberikan kepada kami, mas2 itu pergi dan kami masuk sembari bicara tipis2 masalah rumah ini, Dilla bilang ke mas Rahmat memalaui Whatsapp dan beliau bilang oke malam ini kami pakai rumah ini, untuk kedepannya bakal dibahas besok karena masih banyak klient yang harus diurus karena memang hari itu looong weekend.

Rumah yang kami tempati malam mini terdiri dari 2 lantai, ada 2 kamar di lantai bawah, dapur, 2 kamar mandi, ruang tengah lengkap dengan tv, namun kami hanya memutuskan untuk menggunakan ruang tengah dan satu kamar saja karena suasananya masih belum jelas. Hingga nantinya karena kesepakatan awal menginap di Rumah Singgah adalah seiklhasnya, kami memutuskan untuk membayar 30.000 per orang untuk mengganti biaya listrik dan air.

Selesai bersih-bersih, kami memilih dan memilah kira kira barang apa saja yang perlu dibawa untuk trip ke Ijen-Baluran nanti. Kami akan dijemput pukul 22.30 WIB . (to be continue)

Best Regards,
Lina Listya 💛

You May Also Like

0 komentar