Pillowcase for Entrepreneurship
Ternyata kekalutan
saya belum berakhir sampai disini. Udah nemu idenya tapi masih bingung mau
ditaruh dimana itu hiasan. Setelah melalui proses pilah pilih yang panjaaaang
akhirnya saya memutuskan untuk membuat sarung bantal yay!. Sempat ketar ketir
juga pas mau konsultasi ditanya mau buat apa bingung jawabnya, karena memang
sampai sekarang belum tau itu hiasan namanya apa hihi. Kebetulan hari itu
terakhir pelajaran mapel kwu sebelum ujian praktik. Alhasil dengan bahan
seadanya saya memberanikan diri untuk konsultasi. Awalnya teman teman pada
ngira kalo saya mau buat semacam origami, karena saya memang konsultasi
menggunakan kertas yang dilipat lipat hihi. Dan diakhir konsultasi tiba tiba Bu
Neni bilang “buat 2 ya mbak?” seketika muka saya berubah “ em 2 bu?? Tapi ini agak
ribet bu” *pasang muka melas “yawis yawi satu aja”. Aneh juga sih sebenernya
kalo buat sarung bantal cuma satu, tapi biarkanlah hehe sebenarnya kembali lagi
ke waktu, kalu waktunya longgar sebenarnya saya bisa buat sepasang tapi yaa
yaudahlah.
Karena waktu
yang semakin mendesak dan harus fokus ke semua mapel yang diujikan, saya
mencoba meneguhkan hati saya untuk tidak menunda menyicil kwu ini, karena
memang boleh dicicil 50% dari rumah dengan pertimbangan waktu ujian hanya 3 jam
saja. Mulai cari kain, pilah pilih warna dan corak. Untuk kain dasar saya
menggunakan kain blacu, karena selain mudah dijahit juga harganya terjangkau. Untuk
kain motif, awalnya saya tertarik dengan motif bunga bunga yang cerah ceria,
namun ternyata setelah saya pikir pikir kok hasilnya jadi pucat setelah
bersanding denga kain dasar, mau ndak mau akhirnya saya memutuskan untuk
membeli kain lagi dengan motif batik.
Sebenarnya proses
yang paling rumit justru bukan saat menjahit, tetapi saat membuat lipatan
lipatan kecil untuk hiasannya. Mulai dari memotong kain dengan ukuran yang
tepat agar ketika dilipat bentuknya presisi, setelah itu disetrika agar lipatan
tidak lepas. Setelah disetrika, agar lipatan tetap rapi maka antar ujungnya
disatukan.
Langkah selanjutnya
adalah memotong kain motif sesuai ukuran lipatan kain. Dan selanjutnya dijahit
dengan teliti dan hati hati agar jahitan rapi. O iya sarung bantal ini benar
benar 100% handmade, tanpa sentuhan mesin, jadi semua jahitan murni saya jahit
dengan tangan.
Pas hari H, lagi
asik asiknya jahit tiba tiba Bu Neni dateng
“lho ini dijahitnya pake apa mbak”
“pake tangan semua buk, kalau pakai mesin ndak
bisa”
“iki apik mbak, kalau ditawarkan paling banyak
yang mau”
“yaudah berarti nanti dibeli Bu Neni saja hehe”
“iya, tapi kok sayangnya Cuma satu”
“lha waktunya
ndak cukup bu, kalau buat banyak”
“yawis besok
buatkan saya 4 sama taplak nya sekalian ya mbak biar pas”
“eh beneran bu??” *berbinar binar :p
“iya tapi jangan mahal mahal ya, sama guru
sendiri kok, eh bukan 4 tapi 5 ya mbak”
“wah iya bu,
tapi habis ujian saja ya hehe”
“ya”
Hihi dapat project nih habis ujian itung itung buat ngisi waktu yay! 3 jam ternyata sangat singkat, tapi syukurlah saya tepat waktu karena memang sebelumnya sudah saya cicil dengan membujuk diri saya untuk begadang dan berkutat dengan jarum dan benang.
Dan tadaaa inilah hasil akhirnya,
selamat mencoba kawan. ^^
2 komentar
opo kui? kaya gombal e mbah :p
ReplyDeleteemang ketone kembaran mbe mbah Sholeh o :p
ReplyDelete